110 likes | 339 Views
PERLUNYA MENGHILANGKAN SEKAT PEMASARAN GULA INDONESIA. Surabaya, 30 April 2009 Departemen Perdagangan. 1. I. Apa Yang Melatarbelakangi Lahirnya Kepres 57 ?. Gula sebagai salah satu bahan kebutuhan pokok yang mempunyai nilai strategis bagi ketahanan pangan.
E N D
PERLUNYA MENGHILANGKAN SEKAT PEMASARAN GULA INDONESIA Surabaya, 30 April 2009 Departemen Perdagangan 1
I. Apa Yang Melatarbelakangi Lahirnya Kepres 57 ? • Gula sebagai salah satu bahan kebutuhan pokok yang mempunyai nilai strategis bagi ketahanan pangan. • Karena memiliki nilai strategis, maka (sesuai Keppres 57/2004) Gula ditetapkan sebagai Barang Dalam Pengawasan, • Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani tebu dengan tetap memperhatikan kepentingan konsumen dan industri pergulaan nasional, diterbitkan SK MPP No. 527/2004. Dalam SK 527 tsb juga mengatur mengenai Harga Dasar Gula Petani yang terus disesuaikan setiap tahun dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani tebu. 2
Perbandingan Sebelum dan Sesudah Adanya Kebijakan 527/2004 3
II. Kondisi Saat Ini • Produksi Gula Kristal Putih (GKP) meningkat dari 2.241.742 ton tahun 2004 menjadi 2.668.428 ton tahun 2008 dan ditargetkan 2.849.663 ton tahun 2009 • Pengadaan GKP melalui impor menjadi terkendali, telah memberikan dampak positif terhadap program swasembada gula. • Petani terlindungi dan harga di tingkat petani stabil (tidak berfluktuasi) sesuai HPP yang ditetapkan secara periodik. • Sebagian kualitas gula yang dihasilkan masih rendah. • Harga di tingkat konsumen sering berfluktuasi pada bulan-bulan tertentu (terutama di luar musim giling). • Mekanisme perdagangan gula dalam negeri cenderung oligopoli di mana sebagian stok sering dikuasai pedagang. • Kondisi Pabrik-pabrik Gula milik PTPN sebagian besar masih menggunakan mesin tua. 4
III. Penataan Pergulaan Nasional (sebuah pemikiran ke depan) Pemerintah telah melakukan pengkajian terhadap SK MPP No. 527/004 melalui forum diskusi dalam wadah DGI, dengan kesimpulan bahwa SK 527/2004 masih akomodatif melindungi petani tebu dan menunjang tercapainya Swa Sembada Gula nasional, namun perlu langkah-langkah sebagai berikut : • Guna memenuhi tuntutan konsumen untuk mendapatkan gula yang berkualitas baik, maka ke depan kualitas gula dikelompokan menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu : • Gula Kristal Rafinasi (GKR) dengan ICUMSA < 80 • Gula Kristal Putih (GKP) dengan ICUMSA 100-300 • Gula Kristal Mentah (GKM) dengan ICUMSA > 300 Catatan : Untuk Impor GKM ICUMSA >1200 sesuai dengan Keputusan Menteri. Diharapkan ke depan tidak ada lagi membedakan GKP dan GKR, yang membedakan hanya ICUMSA. 5
………Lanjutan • Dalam rangka meningkatkan kualitas gula tersebut di atas maka revitalisasi pabrik-pabrik gula milik PTPN khususnya peremajaan mesin harus terealisir sehingga produksi gula di Jawa dapat menghasilkan rendemen dan kualitas gula lebih baik dari sekarang. • Perlu adanya stok penyangga dalam rangka mencegah anjloknya harga di tingkat petani pada masa musim giling dan menghadapi kelangkaan gula di luar musim giling, sehingga terwujud stabilitas harga di tingkat konsumen dan terjangkau. • Untuk menyamakan persepsi terhadap data konsumsi nasional maka perlu dilakukan pengkajian kebutuhan gula secara nasional oleh lembaga surveyor independent yang didukung oleh semua Stake holder. 6
Perbandingan BPP dan HPP Tahun 2004 - 2009 Sumber : DGI, DEPDAG 7
Ket : Data Bulan April 2009 s.d tanggal 21 Sumber : BPS 8
Ket : Data Bulan April 2009 s.d tanggal 28 Sumber : DEPDAG 9
PENYEDIAAN GULA NASIONAL (GKP + GKR) TAHUN 2003 s/d 2009 Target Swasembada Gula Sumber : DGI, DEPDAG 10