580 likes | 1.24k Views
STRUKTUR MODAL,. STRUKTUR MODAL. Struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan
E N D
STRUKTUR MODAL • Struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan • Pada saat tertentu, manajemen perusahaan menetapkan struktur modal yang ditargetkan, yang mungkin merupakan struktur yang optimal, tapi target tersebut dapat berubah dari waktu ke waktu Penerbit Erlangga
STRUKTUR MODAL:Faktor-faktor yang Mempengaruhi • Sejumlah faktor yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan meliputi: • risiko bisnis • pengaruh perpajakan (tax position) • kebutuhan akan fleksibilitas keuangan • konservatisme atau agresivitas manajerial Penerbit Erlangga
RISIKO BISNIS • Risiko bisnis adalah ketidakpastian mengenai proyeksi pengembalian atas aktiva di masa mendatang • Apabila hal-hal lain tetap sama, makin rendah risiko bisnis perusahaan, makin tinggi rasio utang yang optimal Penerbit Erlangga
KECILNYA RISIKO BISNIS • Suatu perusahaan mempunyai risiko bisnis yang kecil bila: • permintaan akan produknya stabil • harga masukan dan produknya relatif konstan • harga produknya dapat segera disesuaikan dengan kenaikan biaya • sebagian besar biayanya bersifat variabel sehingga akan menurun jika produksi dan penjualannya menurun Penerbit Erlangga
STRUKTUR MODAL:Leverage Keuangan • Leverage keuangan menunjukkan sampai seberapa banyak sekuritas berpendapatan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan • Risiko keuangan adalah risiko tambahan yang ditanggung pemegang saham sebagai akibat dari leverage keuangan Penerbit Erlangga
Aktiva Hutang lancar Modal Hutang jangka panjang Pinjaman Total Modal Pemegang saham Modal 1. Saham preferen Modal 2. Saham biasa Sendiri 3. Laba ditahan Struktur modal adalah merupakan bauran atau perpaduan dari utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa (saham biasa dan laba ditahan) yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal adalah keputusan dalam mengambil keputusan pembiayaan perusahaan karena secara langsung berakibat terhadap biaya modal, keputusan investasi dan meningkatkan nilai perusahaan Jenis-Jenis Modal Dapat dilihat dari neraca passiva.
Resiko Bisnis dan Keuangan • Resiko Bisnis Adalah resiko yang berkaitan dengan proyeksi tingkat pengem-balian atas ekuitas (ROE) suatu perusahaan di masa yang akan datang, dengan asumsi bahwa perusahaan tersebut tidak meng-gunakan utang. • Resiko keuangan Adalah bagian dari resiko yang ditanggung pemegang saham, yang melebihi resiko bisnis yang mendasar, sebagai akibat dari penggunaan leverage keuangan. Leverage Keuangan Adalah ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas ber-penghasilan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan. TINGKAT LEVERAGE Leverage Adalah penggunaan assets dan sumber dana (source of funds) oleh perusahaan yang mengeluarkan biaya tetap dengan maksud agar dapat meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham.
perubahan % EBIT = DOL perubahan % penjualan ( ) Q P - V = DOL ( ) Q - Q P - V F S - V C = DOL sales S - V C - F Dilihat dari income statement (full costing) Sales Revenue XXX Cost of good sold (Fc dan Vc) XX Operating Leverage Gross profit XX (Degree of operating Operating expences XX Levrage= DOL) EBIT XX _________________________________ Ineterst XX Financial Leverage EBT XX (Degree of financial Tax rate XX Leverage = DFL) EAT XX Tingkat leverage operasi = DOL Hal ini telah dibahas pada pertemuan sebelumnya, namun perlu diingkatkan kembali : Contoh :
Perusahaan A,B dan C laporan keuanganannya tahun 2005 sbb: Laporan laba-rugi perusahaan A,B dan C ($ 000) Keterangan Perus.A Perus B Perus C Penjualan $ 60.000 $ 90.000 $ 120.000 Biaya variable 12.000 54.000 30.000 Marjin kontribusi 48.000 30.000 100.000 Biaya tetap 28.000 15.000 60.000 EBIT 20.000 15.000 40.000 Harga/unit $ 100 100 100 Sales volume/unit 600/u 900/u 1.200/u Biaya variable/unit $20/u $60/u $,25/u Q(P-V) 600(100-20) > DOLA = ------------- =-------------------------- =2,4 Q(P-V)-F 600(100-20)- 28.000 900( 100-60) >DOLB = -------------------------------- = 1,74 900( 100-60) – 15.000 1.200 ( 100 – 25) >DOLC=------------------------------------- = 3. 1.200 (100 – 25) – 60.000
DOLA= 2,4 artinya tingkat elastisitas operasi pada out put penjualan terhadap EBIT sebesar 24% , ini berarti bahw apabila penjualan perusahaan A naik 10% maka laba operasi akan naik 2,4 x 10% = 24%. Sebaliknya , bila penjualan turun 10% maka penurunan tersebut berakitbat EBIT juga turun sebesar 2,4 x 10% = 24%. Kondisi ini juga berlaku pada perusahaan B dan C Kalau di masing-masing perusahaan,terjadi perubahan kenaikan atau penurunan atas penjualan, biaya tetap, biaya variable, harga, sales volume, maka DOL ini akan berubah juga. Perusahaan C lebih besar resikonya ketimbang perusahaan A dan B, karena kontribusi laba yang diperoleh digunakan untuk menutup biaya tetap yang lebih besar atau $ 60.000 atau 60% dari total penjualan. Besarnya tingkat perubahan laba operasi perusahaan sebagai akibat perubahan DOL/Penjualan sangat erat hubungannya dengan break even point (titik impas) . Hal ini dapat dibuktikan dengan perusahaan A, dapat dicari BEP nya. BEPQ /A = Fixed Ccost / Contribution margin/unit. = $ 28.000/ ( 100 – 20) = $ 28.000/80 = 350 unit, BEP $ = 350 x $ 100 = $ 35.000
% Δ DEPS = DFL % Δ DEBIT % perubahan EPS = DFL pada x % perubahan EBIT Δ EPS EBIT EPS = = Δ EBIT EBIT - I EBIT S - V C - F = S - V C - F - I Tingkat Leverage keuangan (Degree of Financial leveraga) Adalah persentase perubahan laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa yang diakibatkan oleh berubah-nya laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dalam persentase tertentu. Contoh: Data perusahaan A,B dan C digunakan untuk menghitung DFL, asumsi perusahaan meminjam uang dari bank sebesar $ 100.000 dengan bunga per tahun 12% tahun , atau bunganya ( interest)= $12.000/tahun.
S - V C = = = DTL DCL DOL x DFL S - V C - F - I DFL dengan menggunakan rumus dapat dicari. = 600 ( 100 – 20) – 28.000 . 600(100-20)-28.000-12.000 = 20.000/8.000 = 2,5 . DFL sebesar 2,5 artinya , bila EBIT naik dengan 40% maka EPS akan naik sebesar 2,5 x 40% = 100% dan sebaliknya bila terjadi penurunan. Hasil perhitungan dari DFL, perusahaan berkepentingan terhadap EBIT blla digunakan dengan beban tetap, sehingga satu sama lainnya saling berkaitan. Untuk perusahaan B dan C dapat dicari dengan cara yang sama seperti diatas. Tingkat leverage total (Degree of Total/Combined Leverage = DTL / DCL) Adalah persentase perubahan EPS yang diakibatkan oleh perubahan penjualan sebesar persentase tertentu DTL disebut juga Degree of Combined Leverage (DCL). DTL perusahaan A dapat dihitung: DOLA x DFLA = 2,4 x 2,5 = 6
Dapat disimpulkan bahwa masalah DFL baru akan timbul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban tetap, yang menghasilkan “Favorable FinancialLeverage” atau efek yang menghasilkan positif apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tsb lebih besar daripada beban tetapnya. Efek yang menguntungkan ini (DFL) sering disebut “Trading on the Equity”
MERGER • Merger:dua perusahaan bergabung membentuk satu perusahaan • Pada sebagian besar merger, salah satu perusahaan (perusahaan pengambil alih) memulai tindakan untuk mengambil alih perusahaan lain (perusahaan sasaran) Penerbit Erlangga
MERGER:Motif Utama • Motif utama melakukan merger adalah: • sinergi • pertimbangan pajak • pembelian aktiva di bawah nilai penggantiannya • diversifikasi • mendapatkan pengendalian atas perusahaan yang lebih besar Penerbit Erlangga
MERGER:Keuntungan dan Kerugian • Merger dapat memberikan manfaat ekonomi melalui economies of scale atau melalui penyerahan aktiva ke tangan manajer-manajer yang lebih efisien • Akan tetapi, merger juga dapat memperlemah persaingan, dan karena itu merger diatur secara cermat oleh badan-badan pemerintah Penerbit Erlangga
MERGER:Horisontal dan Vertikal • Merger horisontal:dua perusahaan dalam bidang usaha yang sama bergabung • Merger vertikal:penggabungan satu perusahaan dengan salah satu pelanggan atau pemasoknya Penerbit Erlangga
MERGER:Kongenerik dan Konglomerat • Merger kongenerik:perusahaan-perusahaan dari industri yang saling terkait, tetapi tidak ada hubungan pelanggan-pemasok di antara mereka • Merger konglomerat:perusahaan-perusahaan dari industri yang sama sekali berbeda bergabung Penerbit Erlangga
MERGER:Sukarela dan Paksa • Merger sukarela: manajemen kedua perusahaan sama-sama menyetujui merger tersebut • Merger secara paksa: manajemen perusahaan sasaran menolak rencana merger Penerbit Erlangga
MERGER:Sukarela dan Paksa • Merger operasi: operasi dari dua perusahaan digabung • Merger keuangan:dua perusahaan tetap beroperasi secara terpisah, dan karena itu tidak diharapkan adanya penghematan operasi Penerbit Erlangga
MERGER:Analisis dan Metode Penilaian • Dalam analisis merger, masalah-masalah kunci yang harus dipecahkan adalah: • harga yang akan dibayar untuk perusahaan sasaran • situasi ketenagakerjaan/pengendalian • Ada dua metode yang biasa digunakan untuk menentukan nilai perusahaan sasaran: • Metode Price Earning Ratio (PER) • Metode Return On Investment (ROI) Penerbit Erlangga
Metode Price Earning Ratio (PER) PER merefleksikan jumlah rupiah seorang investor bersedia membayar atas keuntungan per lembar saham. PER atau disebut PER Multiple, memberikan indikasi terhadap tingkat pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Semakin tinggi PER semakin tinggi harapan tingkat pertumbuhan perusahaan. PER merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba per lembar saham (earning per share / EPS)
Langkah-langkah menentukan nilai perusahaan target menggunakan metode PER • Lihat besarnya keuntungan perusahaan dengan melihat Laporan Rugi / laba • Lihat jumlah lembar saham beedar di Neraca • Lihat harga pasar saham untuk menentukan besarnya PER • Buatlah estimasi laporan Rugi ? Laba satu tahun setelah akuisisi • Tentukan benchmark PER dengan cara memilih diantara alternatif berikut
Contoh PT Omega akan mengakuisisi PT Delta. Laporan keuangan PT Delta sebelum akuisisi disajikan pada tabel dibawah ini PER Delta sebelum akuisisi adalah sebesar 10 kali.
Setelah akuisisi, perusahaan target diasumsikan mengalami hal-hal berikut : • Peningkatan penjualan sebesar 20 % per tahun • Tambahan kas terdiri atas penjualan sebagian aset sebesar Rp 250 juta • Tambahan investasi pada aktiva tetap sebesar Rp 600 juta • Tambahan investasi pada modal kerja sebesar Rp 200 juta • Biaya pensiun dini sebagian karyawan Rp 400 juta • PER pada industri yang sama sebesar 15 • HPP, biaya administrasi dan bunga naik 20 % • Tingkat pajak 40 %
Nilai perusahaan Jumlah Rp 730 juta tersebut haruslah merupakan besarnya premium maksimum yang dibayarkan kepada pemegang saham perusahaan target. Dengan demikian total harga beli perusahaan target maksimum (V) adalah sebesar nilai perusahaan (stand alone) sebesar Rp 2.100 juta ditambah dengan premium sebesar Rp 730 juta.
Metode Return On Investment (ROI) Model penentuan nilai perusahaan berdasarkan ROI didasarkan pada prakiraan seberapa besar perusahaan target mampu memberikan tingkat keuntungan atas investasi. ROI adalah perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemilik perusahaan dan pemberi pinjaman atas keseluruhan aktiva yang digunakan, dan laba yang digunakan adalah laba sebelum bunga dan pajak (EBIT).
Formula ROI dan Perhitungan Nilai Perusahaan ROI = EBIT x 100 % Aktiva Apabila ROI diketahui melalui prakiraan terlebih dahulu, maka kita akan mengetahui besarnya nilai aktiva atau investasi. Nilai investasi ini tidak lain adalah harga yang bersedia dibayarkan untuk perusahaan target. Harga perusahaan berdasarkan ROI ini dapat dicari dengan persamaan Harga = EBIT ROI
Penentuan ROI Dasar prakiraan ROI adalah dengan membandingkan ROI perusahaan lain dalam industri yang sama dan seukuran (benchmark) . Penentuan besarnya ROI ini harus didasarkan pada perhitungan yang hati-hati karena ROI yang berbeda sedikit saja akan menyebabkan perbedaan yang cukup signifikan terhadap harga perusahaan. Model ini memiliki kemudahan dalam perhitungannya, namun memiliki kelemahan yaitu dominanya unsur subyektivitas dalam menentukan besarnya persentase ROI
Dengan contoh diatas Nilai Perusahaan dengan Metode ROI Adalah : Apabila kita gunakan data EBIT pada proforma laporan Rugi laba PT Delta , dan perkiraan ROI sebesar 25 %, maka harga PT Delta adalah : Harga = Rp 480 juta = Rp 1.920 juta 0,25 Semakin tinggi ROI maka semakin kecil nilai perusahaan, demikian pula sebaliknya. Misalnya jika ROI sebesar 20 % dan EBIT tetap sebesar Rp 480 juta, maka harga perusahaan akan menjadi Rp 480 juta / 0,2 = Rp 2. 400 juta, semakin tinggi risiko, semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan.
KEBIJAKAN DEVIDEN Stock Dividen Salah satu persoalan yang penting dalam politik dividen adalah masalah stock dividend. Stock dividend sebenarnya hanyalah pembayaran dividen dalam bentuk saham dan bukan dalam bentuk kas. Dengan demikian stock dividend hanyalah pemberian tambahan saham kepada para pemegang saham. • Pemberian stock dividend tidak akan mengubah jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah struktur modal sendiri dan perusahaan yang bersangkutan. Penetapan stock dividend berarti suatu kapitalisasi dan sebagian laba ditahan. mi berarti bahwajumlah laba ditahan akan berkurang dengan besarnya keuntungan yang di-kapitalisir’
CONTOH Suatu perusahaan sebelum menetapkan pemberian stock dividend mempunyai struktur modal sendiri sebagai berikut: Saham biasa (Nominal Rpl.000,00, 4.000 lembar) = Rp 4.000.000,00 Agio saham (capital surplus) = Rp 2.000.000,00 Laba ditahan = Rp14.000.000,00 Jumlah Modal Sendiri = Rp20.000.000,00 Misalkan ditetapkan pemberian stock dividend sebesar 10%, yaitu sebanyak 400 lembar tambahan saham. Harga pasar saham perusahaan tersebut misalkan Rp l.500,00 per lembarnya. Untuk pemilik 10 lembar saham akan menerima saham tambahan sebanyak satu lembar saham. Struktur modal sendiri dari perusahaan tersebut setelah adanya penetapan pemberian stock dividen tersebut akan nampak sebagai berikut: Saham biasa (Nominal Rp 1.000,00,4.400 lembar) =Rp4.400.000,00 Agio saham (capital surplus) = Rp 2.200.000,00 Laba ditahan = Rp13.400.000,00 Jumlah Modal Sendin = Rp20.000.000,00 Stock dividend seharga Rp600.000,00 (yaitu 400 lembar x Rp 1.500,00) dipindahkan darilaba ditahan ke rekening saham biasa dan “Capital surplus”
Stock dividend seharga Rp600.000,00 (yaitu 400 lembar x Rp 1.500,00) dipindahkan darilaba ditahan ke rekening saham biasa dan “Capital surplus” Oleh karena nilai nominalnya tetap sama, yaitu sebesar Rpl .000,00 per lembarnya, maka tambahan jumlah 400 lembar saham biasa mengakibatkan bertambahnya saham biasa dengan Rp400.000,00 yaitu 400 lembar x Rp 1.000,00. Sisanya sebesar Rp200.000,00 (yaitu Rp600.000,00 minus Rp400.000,00) ditambahkan pada rekening “Capital surplus”. Pemberian stock dividend sering dimaksudkan untuk menaban kas. Perusahaan sering lebih suka