350 likes | 571 Views
BEBERAPA CARA PENGUMPULAN DATA. II. WAWANCARA (INTERVIEW)
E N D
BEBERAPA CARA PENGUMPULAN DATA II.WAWANCARA (INTERVIEW) Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, Dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan oranmg tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala sosial yang yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara
Wawancara bukanlah sekedar angka lisan saja, sebab dengan wawancara peneliti akan dapat : • Memperoleh kesan langsung dari responden • Menilai kebenaran yang dikatakan oleh responden • Membaca air muka (mimik) dari responden • Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak dimengerti responden • Memancing jawaban bila jawaban macet
Di dalam wawancara hendaknya antara pewawancara (interviewer) dengan sasaran (interviewee) • Saling melihat, saling mendengar, dan saling mengerti • Terjadi percakapan biasa, tidak terlalu kaku (formal) • Mengadakan persetujuan /perencanaan pertemuan dengan tujuan tertentu • Menyadari adanya kepentingan yang berbeda, antara pencari informasi dan pemberi informasi
Beberapa jenis wawancara : 1). Wawancara tidak terpimpin (non Directive or Unguided Interview) Ini diartikan tidak ada pokok persoalan yang menjadi fokus dalam wawancara tersebut sehingga dalam wawancara ini pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan itu tidak sistimatis, melompat-lompat dari satu peristiwa/topik ke peristiwa/topik yang lain tanpa berkaitan. Oleh karena itu wawancara ini tidak mempergunakan pedoman yang tegas. Maka tidak jarang wawancara ini dapat menjurus ke arah “free talk” yang sulit disebut wawancara lagi, karena situasinya sudah tidak dapat dikuasai atau dibimbing lagi oleh interviewer.
Interviu ini hanya cocok sebagai suatu teknik pengumpulan data guna memperoleh data-data khusus yang mendalam, yang tidak dapat diperoleh dengan wawancara terpimpin Wawancara tak terpimpin banyak kelemahannya antara lain : • Kurang efisien • Tidak ada pengecekan secara sistimatis, sehingga relibialitasnya kurang • Memboroskan tenaga, pikiran, biaya, dan waktu dsb; • Sulit untuk diolah / dianalisis
2). Wawancara terpimpin (structured or Interview) Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-masak sebelumnya Sehingga interviu tinggal membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada interviewee Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup variabel-variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya
Keuntungan dari wawancara terpimpin antara lain : • pengumpulan data dan pengolahannya dapat berjalan denga cermat / teliti • Hasilnya dapat disajikan secara kualitatif maupun kuantitatif • Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang uniform Kelemahan wawancara terpimpin antara lain : • Pelaksanaan wawancara kaku (rigid), interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun. • Disamping itu interviewer menjadi terlalu formal, sehingga hubunganya dengan responden kurang fleksibel.
3). Wawancara bebas terpimpin Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun terdapat unsur kebebasan, tetapi ada pengaruh pembicaraan secara tegas dan mengarah. Jadi wawancara ini mempunyai ciri fleksibilitas (keluesan) dan arah yang jelas Oleh sebab itu sering digunakan untuk menggali gejala-gejala kehidupan psychis antropologis, mis; latar belakang suatu keyakinan, motivasi dari suatu perbuatan, harapan-harapan, dan unsur-unsur terpendam lainnya yang bersifat sangat pribadi
Unsur keluwesan tersebut sebenarnya tergantung dari keterampilan pewawancara dalam memanipilasi pada saat-saat psychologis yang tepat. Mis; kita akan mengadakan penelitian tentang seorang pemimpin yang otoriter, maka konsep otoriter itu kita jabarkan kedalam variabel-variabel-variabel yang dapat dioservasi. Dari analisis tersebut disusun kedalam pokok-pokok hal (pedoman interviu) yang sifatnya masih mentah. Artinya interviewer diberi kebebasan untuk memesak sendiri pertanyaan tersebut sehingga diperoleh jawaban –jawaban yang diharapkan.
Jadi dengan hanya berpodoman pada pola ini pewawancara melakukan wawancara dalam suasana atau dengan cara yang sesantai mungkin, interviewee secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin. Maka dengan jalan penggalian dan pancingan-pancingan pewawancara, akan diperoleh data yang lebih luas tentang latar belakang, motivasi-motovasi, afeksi-afeksi, dan sebagainya yang menjadi landasan bagi sikap pemimpin yang otoriter tersebut.
4). Free Talk dan Diskusi Apabila di dalam suatu wawancara terjadi suatu hubungan yang sangat terbuka antara interviewer dan interviewee, maka disini sebenarnya kedua bela pihak masing-masing menduduki dwifungsi, yaitu masing-masing sebagai “information hanter” dan “Information supplier” dan dalam keadaan demikian ini kedua bela pihak dengan hati terbuka bertukar pikiran dan perasaan, dan sesubyektif mungkin mereka saling memberi keterangan-keterangan Maka dlm situasi demikian ini berlangsunglah suatu “free talk” atau berbicara bebas. Disini interviewer sebenarnya bukan hanya bertindak sebagai pencari data, tetapi juga sebagai sugester, motivator, dan edukator sekaligus.
Kebaikan dari metode omong-omong bebas ini adalah bahwa dengan adanya partisipasi aktif dari peneliti pada anggota masyarakat, maka pihak informan akan merasa terangsangdan merasa mendapatkan manfaat dalam memberikan informasi-informasi yang benar kepada peneliti Kelemahan dari pada metode ini adalah kurang relevan untuk penelitian dalam rangka menguji hipotesis
5). Teknik wawancara Berhasil atau tidaknya wawancara pada garis besarnya tergantung pada 3 hal, yaitu : a. Hubungan baik antara interviewer dengan interviewee, b. Ketrampilan sosial interviewer, c. Pedoman dan cara pencatatan
a). Hubungan baik antara pewawancara dengan sasaran (interviewee) Dalam suatu wawancara interviewee akan memberikan informasi-informasi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik atau benar, apabila tercipta suasana yang bebas dan tidak kaku. Suasana seperti ini akan dapat terbentuk apabila ada hubungan yang baik, saling percaya mempercayai antara pewawancara dengan yang diwawancarai Suasana semacam ini disebut “rapport” jadi tugas pertama dari pewawancara adalah menciptakan “rapport”
Untuk menciptakan keadaan semacam ini dapat dicapai dengan : 1). Lebih dahulu mengadakan pembicaraan pendahuluan atau “warming up” untuk perkenalan dan sekaligus untuk menjelaskan tujuan wawancara 2). Menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti. Apabila mungkin gunakan bahasa sehari-hari dari responden, atau mungkin bahasa daerah 3). Masalah dengan permasalah yang sesuai dengan minat atau keahlian responden, sehingga mereka tertarik lebih dahulu
4). Menciptakan suasana yang bebas dan santai, sehingga responden tak merasa tertekan/terpaksa 5). Hindarkan kesan yang terburu-buru, tidak sabar, dan sikap yang kurang menghargai (sinis) 6). Memberikan sugesti kepada interviewee bahwa keterangan atau jawaban mereka sangat berharga, tetapi dijaga pula jangan sampai mereka “over Acting”
7). “Probing” menstimulasi percakapan). Apabila jawaban itu masih kurang lengkap, atau mungkin macet (tdk memperoleh jawaban dari interviewee, rangsanglah hingga jawaban muncul). Hal semacam ini disebut “probing” Probing juga diperlukan untuk mengarahkan atau menyaring jawaban-jawaban yang relevan 8). Hendaknya bersikap hati-hati, jangan sampai menyentuh titik-titik kritis (critical point) dari interviewee, mis hal-hal yang sangat sensitif dan rahasia 9). Harus memegang teguh “kode etik” interviewer yang antara lain tdk membicarakan dengan pihak siapapun tentang rahasia dari interviewee
b). Ketrampilan sosial Interviewer Seorang pewawancara disamping mempunyai tugas untuk menciptakan “rapport” dengan responden , ia juga harus mempunyai penampilan diri yang baik. Dengan kata lain, ia harus mempunyai keterampilan sosial
Keterampilan sosial tersebut antara lain meliputi : 1). Bersikap ramah, sopan, dan berpakaian rapi 2). Menggunakan bahasa yang sopan, ringkas dan mudah ditangkap 3). Bersikap luwes, supel, dan bijaksana 4). Menggunakan lagu dan nada suara yang menarik, tidak terlalu keras, tetapi jangan terlalu lembut 5). Bersikap responsif, pada saat-saat tertentu dapat ikut merasakan sesuatu yang terjadi pada diri interviewee. Mis; bila interviewee sedang menceritakan penderitaan atau kegembiraannya, interviewerdapat ikut menghayati
6). Memberikan sugesti yang halus, tetapi tidak sampai mempengaruhi jawaban responden 7). Menunjukan sikap keterbukaan dan setia, sukarela, tidak menunjukkan sikap tertutup dan terpaksa 8). Apabila interviewer menggunakan alat-alat pencatat (kuesioner misalnya), gunakanlah secara informal. Bila mungkin tidak sampai terlihat oleh interviewee 9). Waktu bicara tataplah wajah interviewee, demikian pula waktu mendengarkan jawaban-jawaban dari mereka. 10). Waktu wawancara, lebih baik menyebut nama responden (interviewee) daripada hanya dgn menyebut bapak, ibu, anda atau saudara. Mis; “berapa anak Pak Kijo?” (lebih baik, daripada ”berapa anak Bapak?”
c). Pedoman dan cara pencatatan wawancara Secara garis besarnya pencatatan data wawancara dapat dilakukan dengan 5 cara, yaitu : • Pencatatan langsung • Pencatatan ingatan • Pencatatan dengan alat recording • Pencatatan dengan field ratting • Pencatatan dengan field coding
1). Pencatatan langsung Maksudnya pewawancara dengan langsung mencatat jawaban - jawaban dari interviewee, sehingga alat-alat dan pedoman penelitian selalu ada harus siap di tangan. Keuntungannya, bahwa interviewer belum lupa tentang jawaban-jawaban atau data yang diperoleh Kerugiannya, hubungan antara pewawancara dengan responden menjadi kaku dan tidak bebas, sehingga rapport dapat terganggu
2). Pencatatan dari ingatan Dalam jenis pencatatan ini, pencatatan dilakukan setelah wawancara selesai seluruhnya. Jadi dalam wawancara ini pewawancara tidak memegang apa-apa, sehingga hubungan antara kedua pihak tidak terganggu, dan raport mudah tercipta. Tetapi cara ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain : • Bayak data/jawaban yang hilang karena terlupakan • Banyak data yang terdesak oleh keterangan-keterangan lain yang oleh informan diceritakan secara menonjol dan daramatis • Data yang dicatat dari ingatan, terutama dalam waktu yang agak lama akan mengandung banyak kesalahan • Sering juga data yang dicatat dari ingatan kehilangan sarinya
3). Pencatatan dengan alat Recording Pencatatan alat rekording ini sangat memudahkan pewawancara, karena dapat mencatat jawaban secara tepat dan detail. Kelemahannya adalah memerlukan kerja dua kali. Sebab interviewer harus menyalin atau menulis lagi dari alat recording tersebut disamping itu pencatatan semacam ini sangat mahal harganya
4). Pencatatan dengan Field Rating (dengan Angka) Sebelum mengadakan pencatatan dengan sendirinya interviewer mempersiapkan lebih dahulu formulir isian atau kuesioner mengenai data yang akan dikumpulkan, dan sekaligus memperhitungkan jawaban yang digolongkan kedalam beberapa kategori. Tiap kategori diberi nilai atau “kata nilai”
Misalnya kita ingin mengukur tanggapan dan penilaian terhadap program keluarga berencana, maka jawaban yang kita sediakan : • sangat setuju sekali atau dgn angka 5 • Sangat setuju, dengan angka 4 • Setuju, dengan angka 3 • Tidak setuju, dengan angka 2 • Sangat tidak setuju, dengan angka 1 • Tak ada tanggapan, dengan angka 0
5). Pencatatan data wawancara dengan Kode (Field Coding) Jawaban responden tidak dinilai dengan angka “kata angka”, malainkan hanya dengan tanda atau kode saja. Biasanya kodetersebut berupa huruf atau tanda-tanda lain yang mengkiaskan jawaban-jawabannya Misalnya : dengan huruf A, B, C, D, dan sebagainya. Atau dengan tanda positif (+) atau tanda negatif (-), untuk jawaban “YA” atau “TIDAK”
Kelebihan Metode Wawancara • Metode ini tidak akan menumui kesulitan meskipun respondennya buta huruf sekalipun, atau pada lapisan masyarakat yang manapun, karena alat utamanya adalah bahasa verbal. Dengan pengertian, bahwa interviewer harus dapat menyesuaikan bahasa dan cara dengan latar belakang responden • Karena keluaesan dan fleksibilitasnya ini maka metode wawancara dapat dipakai sebagai verifikasi data terhadap data yang diperoleh dengan cara observasi atau angket
Kecuali untuk menggali informasi, sekaligus dipakai untuk mengadakan observasi terhadap perilaku pribadi • Merupakan suatu teknik yang efektif untuk menggali gejala-gejala psychis, terutama yan berada di bawa sadar • Dari pengalaman para peneliti, metode ini sangat cocok untuk dipergunakan di dalam pengumpulan data sosial
Kekurangan metode wawancara • Kurang efisien, karena memboroskan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya • Diperlukan adanya keahlian / pengasaan bahasa dari interviewer • Memberi kemungkinan interviewer dengan sengaja memutar balikkan jawaban. Bahkan memberikan kemungkinan interviewer untukmemalsukan jawaban yang dicatat di dalam catatan wawancara (tidak jujur)
Apabila interviewer dan interviewee mempunyai perbedaan yang sangat menjolok, sulut untuk mengadakan rapport sehingga data yang diperoleh kurang akurat • Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh kondisi sekitar, sehingga akan menghambat dan mempengaruhi jawaban dan data yang diperoleh