10 likes | 272 Views
4 perilaku penyimpangan seksual dengan laki-laki yang tidak sah secara hukum, agama maupun norma sosial. Lepas dari berbagai pandangan yang ada, sebenarnya pelacuran merupakan bentuk penindasan terparah yang dialami perempuan. Apalagi dalam
E N D
4 perilaku penyimpangan seksual dengan laki-laki yang tidak sah secara hukum, agama maupun norma sosial. Lepas dari berbagai pandangan yang ada, sebenarnya pelacuran merupakan bentuk penindasan terparah yang dialami perempuan. Apalagi dalam industri seks yang berkembang dewasa ini, seorang pelacur nasibnya banyak ditentukan oleh otoritas di luar dirinya seperti germo, makelar, aparat keamanan, serta para tamu. Akibatnya dalam hal ini perempuan sekali lagi menjadi sangat dependen dan seringkali tidak berdaya menghadapi tekanan dari luar. la gagal memiliki otoritas penuh atas tubuhnya sendiri, ketika ia menjadi seorang pelacur. Pengertian pelacur rtu sendiri secara definitif berarti seorang perempuan yang dengan sengaja melakukan hubungan kelamin dengan seorang yang berlainan jenis kelamin yang keduanya bukan pasangan suami-isteri yang syah menurut hukum, norma agama maupun norma sosial untuk mendapatkan imbalan sesuai dengan kebutuhannya (Kertas Kerja POLRI, 1982). Banyak pakar dan pengambil kebijakan yang hingga saat ini masih percaya pada asumsi bahwa pelacuran terjadi sebagai akibat kemiskinan. Padahal, model dan bentuk pelacuran yang akhir-akhir ini terjadi semakin komplek motifnya, tidak semata-mata karena alasan ekonomi. Munculnya asumsi yang salah itu diduga turut memberi sumbangan kekaburan bagi upaya penanganannya yang terbukti sering meleset dari sasaran. Ironisnya asumsi yang salah ini dipercaya oleh banyak orang. Koentjoro (2000) menyatakan bahwa banyak pakar mendiskusikan masalah kosong tentang pelacuran. Mereka berangkat dari asumsinya sendiri yang masih banyak mengandung polemik tapi kemudian buru-buru dijadikan hipotesis, hingga akhirnya kesemuanya itu menghasilkan cek kosong dan tidak sesuai dengan kenyataan. la menyarankan