1.14k likes | 2.16k Views
STANDAR OPERATING PROSEDUR DALAM PELAYANAN OBSTETRI EMERGENSI CALL CENTER 119. Tujuan Umum. SPGDT Dinkes Jateng. Format SPK. Pernyataan Standar. Risiko Kehamilan. Kendala Kesehatan Maternal. Pedoman Merujuk. Pre Eklamsia. STANDAR OPERATING PROSEDUR DALAM PELAYANAN OBSTETRI EMERGENSI.
E N D
STANDAR OPERATING PROSEDUR DALAM PELAYANANOBSTETRI EMERGENSICALL CENTER 119 Tujuan Umum SPGDT Dinkes Jateng Format SPK Pernyataan Standar Risiko Kehamilan Kendala Kesehatan Maternal Pedoman Merujuk Pre Eklamsia
STANDAR OPERATING PROSEDUR DALAM PELAYANANOBSTETRI EMERGENSI Dr RATNASARI DWI CAHYANTI, MsiMed, SpOG Dr R SOERJO HADIJONO SpOG-K, DTRM&B(Ch) Sub Bagian Obginsos FK Undip – RSUP Dr Kariadi Semarang P2KS- Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi
TUJUAN UMUM • Agar dalampelaksanaanpelayananke-bidanandidapatkanhasil yang memenuhistandartertentu yang amandanefektif. • Masyarakat agar mempunyaikeper-cayaan yang lebihmantapterhadappelaksanapelayanankebidanan. • Untukmenentukankompetensi yang di-perlukanbagiBidanpraktek. • Untukmenentukankebutuhan opera-sional. Ke Menu
FORMAT SPK • Tujuan • Pernyataan Standar • Hasil • Prasyarat • Proses Ke Menu
FAKTOR KUALITAS PELAYANAN • SDM provider • Sistem & standar pelayanan kebidanan • Fasilitas • Perilaku / budaya masyarakat • Tingkat pendidikan & pengetahuan masyarakat • Sosial ekonomi masyarakat Ke Menu
TUJUAN : Merupakan tujuan standar. PERNYATAAN STANDAR : Pernyataan pelayanan kebidanan yang dilakukan – tingkat kompetensi yang diharapkan. HASIL : Yang akan dicapai, dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur. PRASYARAT : Hal - hal yang diperlukan obat, alat, ketrampilan. PROSES : Langkah - langkah yang perlu diikuti. Ke Menu Ke Menu
INGAT : Hal - hal yang perlu diingat, Ringkasan, hasil penelitian, yang berpengaruh terhadap pelayanan kebidanan. Ke Menu
SETIAP KEHAMILAN BERISIKOPENDEKATAN TERBARU UNTUK MENURUNKAN KEMATIAN IBU Ke Menu
Kendala Kesehatan Maternal • Keterbatasan akses pada pertolongan persalinan oleh tenaga terampil dan sistem rujukan yang tidak memadai mengakibatkan: • hampir 40% wanita melahirkan tanpa pertolongan tenaga kesehatan terampil dan • 70% tidak mendapatkan pelayanan pasca persalinan dalam waktu 6 minggu setelah persalinan. Ke Menu
Tiga terlambat penyebab kematian ibu • Terlambat satu : terlambat memutuskan untuk mencari pertolongan baik secara individu, keluarga atau keduanya. • Terlambat dua : terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan. • Terlambat tiga : terlambat mendapatkan pelayanan yang adekuat. Ke Menu
Empat TERLALU • Terlalu muda untuk menikah (< 20 tahun) • Terlalu tua untuk hamil (> 35 tahun) • Terlalu sering untuk hamil (< 2 tahun) • Terlalu banyak melahirkan (> 4 anak) • disamping mempunyai pengaruh terhadap angka kematian ibu, juga mempunyai dampak terhadap angka kematian bayi dan pertumbuhan & perkembangan bayi Ke Menu
MERUJUK • KERJASAMA TIM RUJUKAN • STABILISASI • KOMUNIKASI Ke Menu
MENGENALI MERUJUK MENANGGAPI Ke Menu
MENGENALI • Ibu A, 22 tahun, G1P0A0, hamil 38 minggu, dengan riwayat preeklampsia ringan pada kunjungan 1 minggu y.l. dengan hasil pemr.: • Tensi 140/90 mmHg, Nadi 84/menit, keluhan pusing (-), nyeri epigastrium (-), gangguan penglihatan (-). • Klien mengeluhkan adanya pusing dan nyeri pada daerah epigastrium • Tensi 150/110 mmHg, Nadi 84/menit, terdapat keluhan pusing (+), nyeri pada daerah epigastrium (+) dan tidak didapatkan adanya gangguan penglihatan. • Pemeriksaan laboratorium: Proteinuria 2+ • His teratur 3 kali dalam 10 menit 40-50 detik. Bagian terbawah janin kepala dengan penurunan 3/5, pembukaan serviks 4 cm, kulit ketuban masih utuh. Ke Menu
MENGENALI KEPUTUSAN KLINIK • G1P0A0, 22 tahun, hamil 38 minggu • Anak 1 hidup intrauterin, Letak kepala sudah masuk ke panggul • Inpartu kala I, fase aktif • Preeklampsia berat SIKAP (Upaya stabilisasi) • Pasang infus Ringer Laktat dan pemberian MgSO4 40% dosis inisial 4 gram, dosis pemeliharaan 6 gr MgSO4 / 6 jam • Rujuk, pertimbangkan jarak ke RS Rujukan • Komunikasi dengan RSUD/RS SWASTA/Puskesmas Ke Menu
RUJUKAN • Tenaga kesehatan terampil (Bidan) • Alat • Keluarga • Surat rujukan • Obat • Kendaraan / Transportasi • Uang Ke Menu
TANGGAP • Response time • Pengawasan keadaan umum • Pengawasan persalinan dengan partograf • Koordinasi dengan Dr Spes. Anak / disiplin lain • Tindakan • Jawaban Rujukan • Kontrasepsi Ke Menu
PREEKLAMPSIAEKLAMPSIA Ke Menu
PENDAHULUAN • 50,000 kematian ibu / tahun • Insidens Eklampsia di negara berkembang 1:100 – 1:1700 • Pergeseran penyebab kematian utama di Jawa Tengah 31,29% tahun 2011 • MAGNESIUM SULFAT ditetapkan sebagai OBAT PALING EFEKTIF untuk mengatasi kejang eklampsia (Cochrane Database Syst Rev 2010)
PRINSIP DASAR • WANITA HAMIL ATAU BARU MELAHIRKAN MENGELUH NYERI KEPALA HEBAT ATAU PENGLIHATAN KABUR • WANITA HAMIL ATAU BARU MELAHIRKAN MENDERITA KEJANG ATAU KEHILANGAN KESADARAN / KOMA
PENILAIAN KLINIK TEKANAN DARAH MENINGKAT ( 140/90 mmHg) HIPERTENSI KRONIK NYERI KEPALA GANGGUAN PENGLIHATAN HIPERREFLEKSIA PROTEINURIA KOMA HAMIL < 20 MG SUPERIMPOSED PREECLAMPSIA EKLAMPSIA KEJANG + HAMIL > 20 MG HIPERTENSI PREEKLAMPSIA RINGAN KEJANG – PREEKLAMPSIA BERAT
PENILAIAN KLINIK KEJANG RIWAYAT KEJANG DEMAM (-) KAKU KUDUK (-) EPILEPSI MALARIA SEREBRAL MENINGITIS ENSEFALITIS DEMAM NYERI KEPALA KAKU KUDUK (+) DISORIENTASI TEKANAN DARAH NORMAL TRISMUS SPASME OTOT MUKA TETANUS NYERI KEPALA GANGGUAN PENGLIHATAN MUNTAH RIWAYAT GEJALA SERUPA MIGRAINE
HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN • LEBIH SERING PADA PRIMIGRAVIDA • RISIKO MENINGKAT PADA • MASSA PLASENTA BESAR (GEMELI, PENYAKIT TROFOBLAS) • HIDRAMNION • DIABETES MELLITUS • ISOIMUNISASI RHESUS • FAKTOR HEREDITER • MASALAH VASKULER • HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN • HIPERTENSI TANPA PROTEINURIA ATAU EDEMA • PREEKLAMPSIA RINGAN • PREEKLAMPSIA BERAT • EKLAMPSIA
DIAGNOSIS PREEKLAMPSIA BERAT • TEKANAN DARAH DIASTOLIK > 110 mmHg • PROTEINURIA 2+ • OLIGURIA < 400 ml/24 JAM • EDEMA PARU: NAFAS PENDEK, SIANOSIS, RONKHI • NYERI EPIGASTRIUM/KUADRAN ATAS KANAN • GANGGUAN PENGLIHATAN: SKOTOMA • NYERI KEPALA HEBAT • HIPERREFLEKSIA • MATA: SPASME ARTERIOLER, EDEMA, ABLASIO RETINA • KOAGULASI: KOAGULASI INTRAVASKULER DISSEMI-NATA, SINDROM HELLP • PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT • OTAK: EDEMA SEREBRI • JANTUNG: GAGAL JANTUNG
EKLAMPSIA • KEJANG DAPAT TERJADI TANPA TERGANTUNG PADA BERAT RINGANNYA HIPERTENSI • SIFAT KEJANG TONIK-KLONIK • KOMA TERJADI SETELAH KEJANG DAN DAPAT BERLANGSUNG LAMA
KOMPLIKASI • ISKEMIA UTEROPLASENTER • SPASME ARTERIOLAR • KEJANG DAN KOMA • PENANGANAN TIDAK TEPAT
PENCEGAHAN • PEMBATASAN KALORI, CAIRAN dan DIIT RENDAH GARAM TIDAK MENCEGAH HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN BAHKAN MEMBAHAYAKAN JANIN • MANFAAT ASPIRIN, KALSIUM DLL. BELUM TERBUKTI • DETEKSI DINI DAN PENANGANAN CEPAT-TEPAT
ALUR TERAPI TERMINASI KEHAMILAN HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN TANPA PROTEINURIA HAMIL > 37 MG HAMIL < 37 MG PEMANTAUAN TEKANAN DARAH MENINGKAT PREEKLAMPSIA
ALUR TERAPI TERMINASI KEHAMILAN HAMIL > 37 MG PREEKLAMPSIA RINGAN PEMANTAUAN TEKANAN DARAH, PROTEINURIA, REFLEKS, KONDISI JANIN HAMIL < 37 MG KENAIKAN TEKANAN DARAH KENAIKAN PROTEINURIA GANGGUAN PERTUMBUHAN JANIN RAWAT INAP TERMINASI KEHAMILAN PREEKLAMPSIA
PENGELOLAANPREEKLAMPSIA RINGAN • JIKA KEHAMILAN < 37 MINGGU DAN TIDAK TERJADI PERBAIKAN, LAKUKAN PENILAIAN 2 KALI/MG RAWAT JALAN • PEMANTAUAN TEKANAN DARAH 2X/HR, PROTEINURIA 1X/HR & KONDISI JANIN • BANYAK ISTIRAHAT • DIIT BIASA • TIDAK PERLU PENGOBATAN
PENGELOLAANPREEKLAMPSIA RINGAN • JIKA KEHAMILAN < 37 MINGGU DAN TIDAK MEMUNGKINKAN RAWAT JALAN, RAWAT DI RS • PEMANTAUAN TEKANAN DARAH 2X/HR, PROTEINURIA 1X/HR & KONDISI JANIN • BANYAK ISTIRAHAT • DIIT BIASA • TIDAK PERLU PENGOBATAN • TIDAK PERLU DIURETIK, KECUALI TERDAPAT EDEMA PARU, DEKOMPENSASI KORDIS & GAGAL GINJAL AKUT • PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT PERTIMBANGKAN TERMINASI • PROTEINURIA KELOLA SEBAGAI PREEKLAMPSIA BERAT • TEKANAN DIASTOLIK TURUN SAMPAI NORMAL • PASIEN DIPULANGKAN • ISTIRAHAT & PERHATIKAN TANDA PREEKLAMPSIA BERAT • TEKANAN DIASTOLIK NAIK RAWAT
PENGELOLAANPREEKLAMPSIA RINGAN • JIKA KEHAMILAN > 37 MINGGU PERTIMBANGKAN TERMINASI KEHAMILAN • SERVIKS MATANG LAKUKAN INDUKSI OKSITOSIN 5 IU / 500 ml DEKSTROSE 5% 10 TETES/MENIT ATAU PROSTAGLANDIN • SERVIKS BELUM MATANG PROSTAGLANDIN / MISOPROSTOL / KATETER FOLEY / BEDAH CAESAR
ALUR TERAPI KEJANG ANTI KONVULSAN PREEKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA ANTI KONVULSAN ANTI HIPERTENSI PASANG INFUS KESEIMBANGAN CAIRAN PENGAWASAN OBSERVASI TANDA VITAL, REFLEKS, DJJ, EDEMA PARU, UJI PEMBEKUAN DARAH GAWAT JANIN OLIGURIA SINDROM HELLP KOMA PERSALINAN 12 JAM (EKLAMPSIA) / 24 JAM (PREEKLAMPSIA) PARTUS PERVAGINAM BEDAH CAESAR RUJUK
PENGELOLAANPREEKLAMPSIA BERAT & EKLAMPSIA • PENGELOLAAN KEJANG • ANTI KONVULSAN • PERLENGKAPAN PENGELOLAAN KEJANG • LINDUNGI DARI TRAUMA • ASPIRASI MULUT DAN TENGGOROK • BARINGKAN PADA SISI KIRI, TRENDELENBURG • O2 4-6 LITER/MEN
PENGELOLAANPREEKLAMPSIA BERAT & EKLAMPSIA • PENGELOLAAN UMUM • JIKA DIASTOLIK ≥ 110 mmHg BERIKAN ANTI HIPERTENSI SAMPAI DIASTOLIK ANTARA 90-100 mmHg • PASANG INFUS RINGER LAKTAT • UKUR KESEIMBANGAN CAIRAN • KATETERISASI URIN • JIKA JUMLAH URIN < 300 ML/JAM PANTAU EDEMA PARU • PENGAWASAN • OBSERVASI TANDA VITAL, REFLEKS & DJJ TIAP 1 JAM • LAKUKAN UJI PEMBEKUAN DARAH
Pengelolaan antihipertensi • Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali/24 jam • Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg Nifedipin sublingual. • Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan lagi Labetolol 20 mg oral.
PENGELOLAAN PERSALINAN • PREEKLAMPSIA BERAT PERSALINAN DALAM 24 JAM • EKLAMPSIA PERSALINAN DALAM 12 JAM • BILA DILAKUKAN BEDAH CAESAR • TIDAK ADA KOAGULOPATI • ANESTESIA TERPILIH ANESTESIA UMUM • JIKA TIDAK TERSEDIA ANESTESI UMUM • JANIN MATI • BBLR • LAKUKAN PERSALINAN PERVAGINAM • JIKA PEMATANGAN SERVIKS BAIK INDUKSI OKSITOSIN 5 IU / 500 ML DEKSTROSE 5% ATAU PROSTAGLANDIN
LAKUKAN RUJUKAN BILA: • OLIGURIA (< 400 ml/24 jam) • Sindroma HELLP (HEMOLYSIS, ELEVATED LIVER ENZYMES & LOW PLATELETS) • KOMA BERLANJUT > 24 JAM SETELAH KEJANG
PERAWATAN POSTPARTUM • Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum / kejang terakhir • Anti hipertensi jika tekanan diastolik > 110 mmHg • Pemantauan jumlah urin
Prosedur Rujukan • Rawat jalan dengan pengawasan pada kasus preeklampsia ringan. • Rujukan konsultatif dan perawatan medis ke Puskesmas PONED pada kasus preeklampsia ringan yang tidak menunjukkan perbaikan dengan istirahat. • Rujukan konsultatif ke Puskesmas PONED pada kasus dengan hipertensi kronis dengan/tanpa tanda klinis preeklampsia. • Rujukan perawatan medis ke rumah sakit kabupaten pada kasus dengan preeklampsia berat / eklampsia setelah pemberian MgSO4 dosis inisial (4 g iv) maupun dosis pemeliharaan (6 g / 6 jam dalam 500 ml RL). • Rujukan perawatan medis diikuti tenaga kesehatan dengan perlengkapan pencegahan kejang dan kegawatdaruratan medis. • Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan komunikasi terlebih dahulu / secara bersamaan dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan rujukan.
PRINSIP DASAR • Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan • Suhu ≥ 38C antara hari ke 2 – 10 postpartum dan diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiding puerperalis. • Kenaikan suhu tubuh di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak ditemukan sebab ekstragenital lain
FAKTOR PREDISPOSISI • kurang gizi atau malnutrisi • anemia • higiene • kelelahan • proses persalinan bermasalah: • partus lama/macet • korioamnionitis • persalinan traumatik • kurang baiknya proses pencegahan infeksi • periksa dalam yang berlebihan
Pemberian cairan • Suhu Basal kebutuhan cairan 2000 ml/24 jam • Tambahan 500 ml untuk setiap peningkatan suhu 1 C