220 likes | 492 Views
METODE & METODOLOGI (Pencerahan Logos Orthos). Wahyu Wibowo kangbowie@gmail.com Pelatihan Metodologi Penelitian Kopertis Wilayah III Jakarta Bogor, 29-31 Mei 2012. METODE.
E N D
METODE &METODOLOGI(Pencerahan Logos Orthos) Wahyu Wibowo kangbowie@gmail.com Pelatihan Metodologi Penelitian Kopertis Wilayah III Jakarta Bogor, 29-31 Mei 2012
METODE METODE, langkah sistematis-praktis yang digunakan dalam ilmu-ilmu tertentu; proses/prosedur yang sistematis berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang digunakan suatu disiplin untuk mencapai suatu tujuan; cara kerja ilmiah
METODOLOGI Metodologi, bagian dari sistematika filsafat yang mengkaji cara-cara mendapatkan pengetahuan ilmiah; science of method; fokusnya ilmu pengetahuan pada umumnya (bukan ilmu tertentu); objek kajiannya ilmu pengetahuan, sudut pandangnya cara kerja ilmu pengetahuan; tujuannya menganalisis cara kerja ilmu pengetahuan yang sudah berlaku agar makin mantap.
Pengelompokan Ilmu Dewasa Ini • Ilmu a posteriori (“umum”), ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman inderawi; bersumber pada pengalaman dan eksperimen. • [ILMU, bagian dari pengetahuan yang terukur, tersistem; PENGETAHUAN, keseluruhan pengetahuan yang berupa common sense]. • Ilmu a priori (“ide bawaan/ruang-waktu”), ilmu pengetahuan yang bersumber pada akal itu sendiri; kebenarannya tidak dapat ditemukan dan dikembalikan pada data empiris, selain pada akal. • {Yang harus selalu kita ingat: ILMU ADALAH CIPTAAN ORANG EROPA DAN KOLONI-KOLONI KULTURALNYA; di dalamnya ada proses pencapaian dominasi atas bangsa yang lemah}
Pengetahuandan Ilmu Pengetahuan Proses untuk mengetahui dan menghasilkan sesuatu disebut pengetahuan. Pengetahuan yang menuruti norma-norma keilmuan hasilnya disebut ilmu pengetahuan dan kebenarannya disebut kebenaran ilmiah. Ilmu, dengan demikian, adalah pengetahuan yang lebih praktis, sistematik, dan metodik tentang kebenaran umum. Pada mulanya ilmu pengetahuan hanya satu, yakni filsafat, karena di dalam filsafat terkandung segala macam jenis objek materi ilmu pengetahuan.
Bermula dari Renaissance • Pada abad 16-17 timbul semangat Renaissance (kembali manusia menjadi beradab). Para sarjana humanis Italia mengedit, menerjemahkan, dan menerbitkan teks Latin dan Yunani perihal bidang-bidang ilmu. Di Jerman tumbuh pertambangan dan perdagangan (Gutenberg). Di Spanyol dan Portugis dimulai penjelajahan (Colombus), muncul pula astronomi (Copernicus), anatomi (Vesalius), aljabar (Cardano), teleskop (Galilei), Machiavelli (negara otokratis), Gilbert (kompas), Kepler (orbit), Harvey (sirkulasi darah), Paracelcus (kimia plus kedokteran, agama, mistik, dan sosiologi). Juga “lahir” Descartes (rasionalisme), Bacon (induktif modern), Lock (empirisme).
Dari Era Akal ke Positivisme:Savoir pour prevoir, prevoir pour pouvoir Pada akhir abad 17 di Inggris muncul semangat Aufklarung, pencerahan, enlightment, “mencari cahaya baru dalam rasio”. Muncul pula semangat mengoreksi rasionalisme dan empirisme. Terbit untuk pertama kali Encyclopaedia Britanica (1768). Juga terjadi perumusan kembali secara radikal objek, metode, dan fungsi-fungsi pengetahuan alam; Pada abad ke-19 di Inggris lahir pemikiran POSITIVISME (Auguste Comte), yang merupakan perkembangan empirisme Inggris, yang berprinsip “yang diketahui saja yang faktual, positif, dan objektif”. Positivisme, yang 1ahir karena gelombang optimisme kemajuan umat manusia sehubungan iklim kultural masa-masa Revolusi Industri di Inggris abad ke-18, menegaskan bahwa puncak pengetahuan manusia adalah ilmu-ilmu positif alias sains (dan teknologi), karena hanya fakta-fakta di dalam ilmu itu sajalah yang dapat diverifikasi dan diukur secara ketat. Bagi positivisme, ilmu pengetahuan haruslah memiliki prinsip umum yang sama bagi pemandu perilaku manusia. Jargon positivisme, savoir pour prevoir, prevoir pour pouvoir, dari ilmu muncul prediksi dan dari prediksi muncul aksi.
Sinar Baru Fenomenologis Pada akhir abad ke-19, FENOMENOLOGI menjadi “bintang baru” di kalangan ilmuwan sosial dan humaniora. Kalangan ini menamakan dirinya KELOMPOK KUALITATIF dan bertujuan mengoreksi metode kuantitatif (positivistik-empirisme). Pijakan prinsip dasar kelompok ini adalah fenomenologi (Husserl), yang menekankan bahwa apa pun yang tampak adalah ilmu pengetahuan, termasuk “menampak manusia” yang tidak mungkin dilakukan secara kuantitatif; Pada awal abad ke-20, nama-nama Wittgenstein, Popper, Kuhn, Feyerabend, dan Rorty dikenal sebagai ilmuwan kritis “pendekar “antipositivisme”. Prinsip umum mereka, fakta tidaklah bebas karena bermuatan teori (fakta selalu dipahami dalam kerangka teoretis tertentu); fakta sarat dengan nilai; tidak satu pun teori yang sepenuhnya dapat dijelaskan dengan bukti empirik (selalu ada anomali), itu sebabnya kerangka teori sebagai langkah persiapan harus ditolak (perumusan masalah vs hipotesis); adanya interaksi yang niscaya antara subjek dan objek penelitian. Penelitian kualitatif disebut juga penelitian ekspresif, humanistik, ekologis, hermeneutika, studi kasus, interpretatif, dan deskriptif-kualitatif.
Masalah Paradigma dalam Penelitian • Kita bebas memilih dan menggunakan metode apa pun asalkan kita memahami hakikat/paradigma metode tersebut. Paradigma adalah kerangka referensi, episteme, atau struktur kognitif fundamental yang ada dalam diri seseorang; • Tanpa memahami paradigma suatu metode, kita dikatakan melakukan kekeliruan epistemologis. Pasalnya, tidak mungkin melihat ilmu sosial dan humaniora dari perspektif ilmu pasti/alam, karena ilmu pasti/alam bertujuan menemukan hukum-hukum yang akan diformulasikan dalam suatu teori yang komprehensif tentang dunia, sementara manusia sendiri adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas, sehingga perilakunya tidak mungkin bisa direduksi ke dalam suatu penjelasan yang deterministik; • Artinya, sebagai ilmuwan jadilah ilmuwan yang berpihak pada etos LOGOS ORTHOS (kebenarannya tepat dan bernalar).
Prinsip Logos Orthos & Komponen Ilmu Pengetahuan Kebenaran korespondensi (pernyataan sepadan dengan kenyataan), koherensi (sistem idenya koheren), pragmatis (pemecahan masalah yang memuaskan bagi pihak yang berkait), performatif/redudansi (bila pernyataan tertentu disetujui kebenarannya); Komponen ilmu pengetahuan: adanya problem (komunikatif & metodik); sikap ilmiah (“curiga”, spekulatif, sementara), metode (selaras dengan paradigmanya), aktivitas (otoritas keilmuan), simpulan (mencuatkan suatu penemuan “baru”), dan efek (aspek aksiologis, misalnya adakah efeknya terhadap perkembangan teknologi).
Dari uraian sebelumnya, patut pula digarisbawahi, apa pun jenis penelitian yang kita lakukan, kita tidak dapat melepaskan diri dari KEMAMPUAN BERBAHASA.
Di dalam kehidupan banyak sekali tata permainan bahasa yang mencerminkan nilai hidup masyarakat penggunanya Bahasa hanya dapat dipahami dalam format bentuk-bentuk kehidupan yang merupakan konteks bagi pemakaian bahasa itu
Contoh tata permainan bahasa dalam paradigma KUALITATIF Mengapa meneliti secara kualitatif? Sifat masalah itu sendiri yang mengharuskannya demikian (“pengalaman Densus 88”), dan tujuan penelitian itu sendiri yang memang dalam rangka memahami apa yang tersembunyi; [Realitas sosial tidak tunggal,tapi unik dan kontekstual; realitas sosial tercermin dari pola perilaku dan transformasi individu terhadap alam dan kehidupannya].
Contoh, lanjutan.... Penelitian KUALITATIF, penelitian yang dilakukan melalui paradigma (bukan menekankan rigoritas: sahih dan internal, melainkan relevansi: signifikansi dari pribadi terhadap lingkungan senyatanya), strategi (kegiatan terencana dalam rangka melihat makna/data-dalam), dan implementasi model kualitatif (interviu, konstruktivis, postmo) => (s) grounded + (m) interviu; (s) etnografi + (m) konstruktivis; Bagi penelitian kualitatif, model memiliki ciri umumnya: fokus pada tujuan dan permasalahan, memiliki konsep teoretik, memiliki strategi penelitian; Bagi penelitian kualitatif, teori adalah konsep/konstruk yang digunakan untuk melihat fenomena secara sistematik; Hasil penelitian kualitatif berupa deskripsi tentang ungkapan bahasa atau tindak tutur seorang individu, suatu kelompok, atau organisasi tertentu dalam konteks tertentu;
Contoh, lanjutan... PERUMUSAN MASALAH, persepsi peneliti terhadap adanya masalah (das sein vs das sollen); sifatnya tentatif; Di dalam penelitian kualitatif masalah itu sendiri disebut fokus, yang ditetapkan ketika peneliti sudah “tercebur” ke dalam situasi penelitian; Pemanfaatan fokus memungkinkan peneliti dapat (1) membatasi kajian/studi dan (2) menyaring data.
Contoh, lanjutan.... Merumuskan masalah...caranya? Lakukanlah pertanyaan khusus: Mengapa sinetron dalam kebanyakan TV kita menyuguhkan adegan kekerasan dan seksualitas? Lakukan sejumlah pertanyaan lanjutan bertalian dengan pertanyan khusus, yang mesti diarahkan pada fokus kajian/studi si peneliti (silakan, coba sendiri....).
Tata Permainan Bahasa dalam mengungkapkan metode(contoh-contoh) Simak dan berilah penilaian: Kajian ini penting dilakukan karena beberapa alasan. Pertama, sampai sejauh ini masih belum ada penelitian dengan perspektif psikologis yang dapat menjelaskan tentang fenomena ketidaktertarikan perempuan dalam kepeminpinan politik. Oleh karena itu, studi eksploratif tentang psikologi perempuan yang lebih didasarkan pada realitas masyarakat Minangkabau sangat dibutuhkan. Kedua, di dalam ilmu politik pun sejauh ini belum ada pemikiran politik yang mengungkapkan realitas perempuan di masyarakat Minangkabau. Ketiga, tradisi berpikir akademisi ilmu politik di kawasan Asia termasuk Indonesia, banyak dipengaruhi oleh dunia Barat yang tidak atau belum memasukkan ideologi gender, tidak memanipulasi perempuan tetapi juga tidak melibatkannya. Ada kecenderungan kemudian bahwa konstruksi berpikir tersebut tidak relevan jika diterapkan di Asia termasuk Indonesia. (Nurwani Idris, “Perempuan Minangkabau dalam Politik”, jurnal Humaniora, vol.22, 2 Juni 2010; h.164).
Contoh-contoh Simak dan berilah penilaian: Untuk menganalisis kinerja perusahaan maka dilakukan serangkaian analisis terhadap laporan keuangan. Dalam analisis data tidak semua teknik analisis laporan keuangan dipergunakan, hal tersebut mengacu pada apa yang telah dijelaskan sebelumnya dalam landasan teori bahwa teknik analisis laporan keuangan memang bermacam-macam, namun pada intinya adalah mencari hubungan antara satu pos dengan pos lain yang terdapat dalam laporan keuangan, di mana dengan mengetahui hubungan antara satu pos dengan pos yang lain, maka dapat dievaluasi hasil kinerja di masa lampau dan dapat diperkirakan potensi kinerja perusahaan untuk masa yang akan datang. Analisis kinerja perusahaan menggunakan rasio-rasio keuangan seperti rasioa likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas, dan rasio penilaian pasar. (Dewi Rahayu, “Valuasi Sahan PT Energi Mega Persada Tbk. dengan Metode FCFE”, Jurnal Akuntansi, vol.4, April 2007; h.56).
Contoh-contoh Simak dan berilah penilaian: Metode pengukuran kualitas pelayanan yang paling sering digunakan yaitu Metode SERVQUAL yaitu menilai kualitas pelayanan suatu penyedia jasa berdasarkan lima dimensi kualitas jasa yang sering disebut Q-RATER. Q-RATER tersebut yaitu....(Rini Alfatiyah, “Analisis Kualitas Jasa Periklanan pada Media Cetak yang Efektif untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pelanggan”, 60 Karya Unggulan untuk Bangsa, 60 Tahun ISTN, Jakarta: ISTN, 2010; h.175).
Contoh-contoh Simak dan berilah penilaian: Blocking Probability (Pb) pada FCA akan menjadi parameter yang dianalisis melalui simulasi. Pb merupakan peluang suatu panggilan diblok atau tidak dilayani oleh sistem, akibat tidak adanya kanal yang tersedia, dibandingkan dengan seluruh panggilan yang datang pada sistem. (Syamsul El Yumin, “Perancangan Kanal Tetap pada Beban Trafik Maksimum dengan Blocking Probability 2% untuk Komunikasi Bergerak HAPS”, 60 Karya Unggulan untuk Bangsa, 60 Tahun ISTN, Jakarta: ISTN, 2010; h.1).
Tips... Metode: paradigma penelitian; Metode analisis data: teknik penelitian; Metode pelaksanaan penelitian: metode penelitian; Model penelitian: paradigma + metode pelaksanaan penelitian (contoh: kualitatif + model studi kasus. Pilihan terhadap model ini memengaruhi teknik penelitiannya sehubungan dengan relevansi alat/instrumen penelitian); Analisis: proses mengatur urutan data (klasifikasi, organisasi, dan menyajikan data melalui suatu metode, model, dan teknik penelitian); Pembahasan: upaya peneliti dalam memberi makna pada hasil analisisnya dengan berpijak pada teori dan metode lain yang relevan); Hasil pembahasan: hasil diskusi dan hasil penafsiran peneliti dengan berpijak pada pembahasan dan dengan merelevansikannya dengan kondisi terkini (dimungkinkan muncul penemuan baru).
Terima kasih...merdeka! • Wahyu Wibowo lahir di Jakarta, 8 Maret 1957; tim narasumber Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah untuk Dosen se-Indonesia, DP2M Ditjen Dikti (sejak 2004); reviewer Program Hibah Buku untuk Dosen, DP2M Ditjen Dikti (sejak 2005); reviewer Program Penulisan Naskah Buku Ajar, DP2M Ditjen Dikti (sejak 2005); tim narasumber Pelatihan Metodologi, Kopertis III Jakarta (2010) reviewer Hibah Penelitian Dosen Muda, Kopertis III Jakarta (2010); penulis 28 judul buku; doktor filsafat UGM Yogyakarta; dekan pada Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional, Jakarta.