250 likes | 511 Views
DESENTRALISASI PAJAK PROPERTI DALAM IMPLEMENTASI UU NO.28 TAHUN 2009. Pelaksanaan Transisi , Tantangan & Harapan. Kanwil Dit Jend Pajak Jatim 3. Mengapa Pemerintah Butuh Dana ?. JER BASUKI MAWA BEA. Kesejahteraan Masyarakat. DANA. OPTIMALISASI PAJAK melalui Ekstensifikasi &
E N D
DESENTRALISASI PAJAK PROPERTI DALAM IMPLEMENTASI UU NO.28 TAHUN 2009 PelaksanaanTransisi, Tantangan & Harapan Kanwil DitJendPajakJatim 3
MengapaPemerintahButuh Dana ? JER BASUKI MAWA BEA Kesejahteraan Masyarakat DANA OPTIMALISASI PAJAK melalui Ekstensifikasi & Intensifikasi untuk : Memperluas basis pajak Menambah cakupan Optimalisasi penggalian untuk mendukung otonomi daerah SDA OPTIMALISASI ASET PAJAK & RETRIBUSI LABA BUMN HIBAH dll
KemampuanKeuangan Daerah UU No 28 Tahun 2009 (Sbg Perubahan atas UU No 34 Tahun 2000) ttg Pajak Daerah & Retribusi Daerah BagaimanaImplentasinyadapatberjalandenganbaik?
KARAKTERISTIK PAJAK PROPERTI • Pengenaan Pajaknya didasarkan pada “Nilai” properti (ad valorem)yang menjadi objek pajak (pajak objektif), meliputi properti riil (immobile)dan properti personal. • Penerimaan pajak digunakan untuk pelayanan sosial/pelayanan publik. • Di Indonesia, pajak properti lebih bersifat self assessment danpenerimaannya hampir seluruhnya untuk Pemda.
Kajian EmpirisPengelolaan Pajak Propertidi Beberapa Negara Keterangan : C=central, R=regional, L=Local Sumber : Robin Broadway, Sandra Robert, Anwar Shah, 1994, “Fiscal Federalism Dimension of Tax Reform in Developing Contries”, The World Bank, Policy Research Department, Public Economic Division, Policy Research Working Paper, p 1385.
Assignment Pajak PropertiMenurut Robin, Sandra & Anwar Sumber : Robin Broadway, Sandra Robert, Anwar Shah, 1994, “Fiscal Federalism Dimension of Tax Reform in Developing Contries”, The World Bank, Policy Research Department, Public Economic Division, Policy Research Working Paper, p 1385.
Assignment Pajak PropertiMenurut William Dillinger (1990) Sumber: William Dilinger,1990,”Urban Property Taxation: Lesson from Brazil”, Policy Planning and Research, Urban Development Devision, Infratructure and Urban Development Department, The World Bank.
KESIMPULAN STUDIEMPIRIS • Fakta empiris dari berbagai negara menunjukkan bahwa pengelolaan pajak properti dalam prakteknya sangat beragam bentuk dan variasinya. • Sekalipun dalam beberapa kasus pajak properti memenuhi kriteria sebagai pajak daerah, namun dalam perkembangannya tidak ada satu negarapun yang persis sama dalam pengelolaan administrasinya. • Setiap negara memiliki aspek kelembagaan dan kepranataan yang berbeda-beda sebagai bentukan dari proses perkembangan ekonomi, kebutuhan dan struktur ekonomi, dan keadaan sosial masyarakatnya sehingga jenis dan struktur lembaga pengelolaan pajak propertinya secara alamiah akan menyesuaikan dengan proses perkembangan tersebut.
MAKNA DESENTRALISASI PAJAK PROPERTI (PBB & BPHTB) • MENYERAHKAN SEMUA KEWENANGAN • MENDATA • MENILAI • MENETAPKAN • MENGADMINISTRASIKAN • MEMUNGUT • DLL • KEPADA “PEMERINTAH DAERAH”
SYARAT YANG PERLU ADA • Infrastruktur sudah berjalan baik • Aturan yang mendasari • Lebih efisien pelaksanaannya • Hasil yang lebih baik • Tidak memicu disintegrasi bangsa • Kesiapan menerima pelimpahan wewenang Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
Infrastruktur yang harus ada sebelum desentralisasi National Land Mapping Hidup Kesadaran National Land Administration National Land Valuation Berbangsa
NATIONAL LAND MAPPING • Kegiatan pemetaan tanah secara nasional idealnya harus sudah selesai dilaksanakan untuk setiap Kota/Kabupaten. • Hingga Tahun 2008, kegiatan SISMIOP secara nasional baru mencapai 38.970 desa/kel (70,40%) dari 71.724 desa/kel yang terdaftar, dan baru 18.374 desa/kel (25,62%) yang berbasis peta digital. • Jika kegiatan NLM belum tuntas, dapat menyulitkan dalam proses identifikasi Objek/Subjek pajak dan kelancaran pemungutan
NATIONAL LAND ADMINISTRATION • Kegiatan administrasi tanah secara nasional idealnya tuntas dahulu sebelum pelimpahan kewenangan pengelolaan pajak properti. • Jumlah bidang tanah yang disertifikasi < jumlah OP-PBB (90,9 juta) • Kesulitan/permasalahan yang dapat muncul: - Kesulitan dalam pemungutan pajak - Permasalahan batas wilayah/persil - Konflik batas objek pajak
NATIONAL LAND VALUATION • Komponennilaitanah (NJOP) merupakankomponenpentingdalampengenaanpajak PBB dan BPHTB (jugauntukkepentingan lain yang menyangkutnilaitanah). • Hinggasaatinidi Indonesia belummemilikilembaga yang secararesmi, independendanpunyakewenanganpenuhuntukmengeluarkaninformasi “nilaipasar” tanah (bukan NJOP). • Permasalahan yang mungkintimbul : - Pemdaperlumenyediakan SDM sbgpenilai. - Kemungkinanterjadigejolak NJOP dalamsatukawasan yang samatetapiberbedadaerahadministrasi. - Sangatbesarkemungkinan NJOP dipolitisasi. - Banyaknyapanggilanpolisi/jaksauntukjadisaksikarena masalahtanah.
APAKAH SUDAH MEMENUHI 3 SYARAT TERSEBUT KETIKA PAJAK PROPERTI MENJADI PAJAK DAERAH
PERSIAPAN TERKAIT PEMBERLAKUAN PAJAK PROPERTI (PBB dan BPHTB) menjadi PAJAK DAERAH Terkait dengan berlakunya UU PDRD maka hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain : • Eksternal pemerintah daerah • UU yang mendasari • Peraturan pelaksanaan (PP, Surat Keputusan Bersama, dll) • Transfer wawasan (pelatihan, IHT, dll) • Internal pemerintah derah • Peraturan daerah dan peraturan pelaksanaan • Peralatan • Personil • Pembiayaan
PERATURAN PERALATAN PEMBIAYAAN PERSONEL 4P PersiapanDesentralisasi PajakProperti
PERATURAN • Peraturan-peraturan terkait ttg: • Undang-undang • Peraturan Pemerintah • Peraturan Daerah • Peraturan Bupati/Walikota • Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya
PERSONEL PetugasPendata/Surveyor untuk pengukuran,pemetaan danpengidentifikasianobjekpajak 2. Penilai (Valuer) 3. Operator Console (OC) 4. PetugasAdministrasiPemungutan 5. PetugasPungut 6. PetugasPenagih/JuruSita 7. Pendistribusi SPPT
PERALATAN Perangkat Lunak : aplikasi oracle,DBKB,BDNPP,SISMIOP dll Perangkat Keras : 1. High Speed Printer 2. Scanner & Plotter untuk peta 3. Komputer dan Printer 4. GPS 5. Distometer 6. Theodolit 7. File Storage 8. Digital Camera 9. dll
pembiayaan Pembangunan Basis Data Pengadaan Barang (Blangko SPPT,STTS dll) Pengadaan Peralatan Honorarium Tim (Petugas Pungut,dll) Pelatihan SDM Biaya Administrasi Biaya Pemungutan Pelaksanaan Pendataan & Penilaian Input Data Objek/Subjek Pencetakan Keluaran (SPPT,STTS,DHKP)
DAMPAK DARI 4 P YANG BELUM SIAP Pajak tidak boleh dipungut tanpa adanya peraturan daerah 2. Kesulitan bagi masyarakat jika tidak ada tata cara pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan 3.Penerimaan pajak berpotensi hilang 4.Pelayanan yang tidak optimal
APAKAH PEMERINTAH DAERAH SUDAH MENYIAPKAN 4 HAL TERSEBUT KETIKA PAJAK PROPERTI MENJADI PAJAK DAERAH
SOLUSI • Segera menyiapkan peraturan daerha dan peraturan pelaksanaannya • Koordinasi antar instansi • Koordinasi antar instansi, terutama stakeholder, dimaksudkan untuk mewujudkan pelaksanaan pengenaan perpajakan, khususnya PBB dan BPHTB, nantinya dapat berjalan lancar dan ada dukungan dari berbagai pihak terkait. • Distribusi pengetahuan dan peraturan • Diwujudkan dalam bentuk seminar, kursus jangka pendek, dan asistensi pembentukan peraturan. • Praktek Kerja Lapangan • Diwujudkan dengan terlibat dalam pelaksanaan peraturan perpajakan. • Distribusi dokumen • Diwujudkan dengan pemisahan berkas-berkas perpajakan yang ada di KPP Pratama yang selanjutnya pada saat yang ditentukan dialihkan ke pemerintah daerah. • Pelaksanaan peraturan • Diwujudkan dengan pembentukan peraturan pelaksanaan dan persiapan sumber daya manusia serta peralatan, termasuk pembiayaan.
Sebutkan 3 pajak baru untuk kab/kota? • Perbedaan pbb p2 dan bphtb sebelum dan sesudah uu 28/2009 • Local taxing power apa maksudnya? • Apa yang dialihkan dlm pbb p2? • Apa Perbedaan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak? • Tujuan desentralisasi pajak adalah? • Pajak property adalah pajak objektif apa artinya? • Apa dampak bila pemda tidak siap memungut pajak? • Apa syarat desentralisasi pajak? • Berapa bphtb yang harus dibayar Si Amir bila Ia mendapat warisan 800 juta, NPOPTKP minimal, dan tarif maksimal