550 likes | 789 Views
PERANAN LULUSAN “PPS-UNY” DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL ( BIDANG PENDIDIKAN ). Oleh: Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D. HUKUM-HUKUM KETETAPAN- NYA. Kehidupan diciptakan oleh-NYA serba sistem (utuh dan benar); Kehidupan diciptakan oleh-NYA serba berpasang-pasangan (sebab-akibat);
E N D
PERANAN LULUSAN “PPS-UNY” DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL (BIDANG PENDIDIKAN) Oleh: Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D.
HUKUM-HUKUM KETETAPAN-NYA Kehidupan diciptakan oleh-NYA serba sistem (utuh dan benar); Kehidupan diciptakan oleh-NYA serba berpasang-pasangan (sebab-akibat); Kehidupan adalah perubahan dan siapa yang tidak mau berubah akan punah; Jer basuki mowo beyo (setiap cita-cita harus ada pengorbanan); dan Tidak penting siapa kita, tetapi apa yang telah kita lakukan kepada orang lain. Catatan: hanya no 1, 2, dan 3 dielaborasi.
1. KEHIDUPAN DICIPTAKAN OLEH-NYA SERBA SISTEM Sistem ciptaan-NYA memiliki sifat utuh dan benar, dengan catatan utuh dan benar menurut Hukum-Hukum Ketetapan-NYA Sistem = utuh + benar (utuh dalam arti unsur-unsur pembentuk sistem lengkap, benar dalam arti menempatkan sesuatu pada tempatnya), lihat Gambar 1. Karena kehidupan yang diciptakan oleh-NYA serba sistem, maka jika manusia ingin mengenali kehidupan hingga sampai sistemnya harus dicapai melalui perbuatan berpikir sistem.
Perbuatan berpikir sistem (utuh dan benar) selalu menghasilkan dua hal, yaitu tujuan (sebab) dan upaya-upaya untuk mencapainya (akibat) Jika kita ingin melakukan perubahan, maka perubahan yang dimaksud adalah tujuan yang diinginkan dan baru upaya-upaya yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan berubah Oleh karena itu segala upaya yang ditempuh dalam kehidupan selalu terikat pada tujuan yang ingin dicapai dan jangan sampai melakukan perubahan yang tidak bersumber pada tujuan yang ingin dicapai.
Agar tetap pada jalur perbuatan berpikir sistem (utuh dan benar), maka segala upaya yang ditempuh harus peka terhadap sistem (kepekaan kosmik, yaitu sebab-akibat, kesalingterpautan dan kesalingtergantungan (interdependensi), holistik tidak parsial, entropis (unsur yang satu terutama yang lebih kuat berubah akan berpengaruh terhadap unsur-unsur yang lain), multi-antar-lintas disiplin ilmu, analisis eklektis (perpaduan analisis kuantitatif & kualitatif), sinkretis (penyatuan aliran), dan sinergis (keseluruhan unsur memiliki efek lebih besar dari pada individual unsur sistem)
Input Proses Output Outcome Kontek Kualitas dan Inovasi Efektifitas Produktifitas Efisiensi Internal Efisiensi Eksternal Gambar 1: Pendidikan Tinggi sebagai Sistem
2. KEHIDUPAN DICIPTAKAN OLEH-NYA SERBA BERPASANG-PASANGAN • Ada keinginan yang didorong oleh kebutuhan (sebab) dan harus ada upaya- upaya (akibat) yang diperlukan untuk mencapai keinginan; • Kalau dalam pendidikan, ada tujuan pendidikan yang ingin dicapai (sebab) dan harus ada upaya-upaya (akibat) yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Secara visual, PT sebagai sistem (seolah-olah) dapat digambarkan dilihat pada Gambar 1. Jika ingin menganalisis, dimulai dari outcome, output, proses, input, dan berakhir pada konteks. Sebaiknya, jika ingin melakukan langkah - langkah pemecahan persoalan atau menyiapkan, maka arahnya dibalik, yaitu dimulai dari konteks, input, proses, output, dan berakhir pada outcome. Inilah cara berpikir sistem yang runtut.
3. KEHIDUPAN ADALAH PERUBAHAN Perubahan adalah suatu keadaan/hal menjadi lain daripada semula (keadaan berbeda dari yang semula). Dengan kata lain, perubahan adalah kejadian berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain Perubahan terdiri atas Kehendak-Nya dan atas perbuatan manusia akibat kebebasan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia Perubahan atas Kehendak-NYA hanya bisa ditangkap dan diungkapkan oleh manusia dalam rangka memaknai nilai-nilai kehidupan dan
tujuan hidup, misalnya: kita lahir bayi, menjadi anak kecil, menjadi dewasa, menjadi tua, dan akhirnya mati. Manusia tidak bisa apa-apa kecuali mengikutinya. Selain itu, kehidupan adalah prinsip pembaruan diri, kehidupan terus menerus berproses, memperbarui dan mengubah diri, sesuatu yang berada di luar teori kita yang dangkal mengenai hal itu (Pasternak, 1959: 339). Perubahan yang dimaksud dalam ceramah ini adalah perubahan yang diupayakan oleh manusia (yang direncanakan manusia)
Jika manusia melakukan perubahan, ini berarti bahwa manusia yang bersangkutan menjadikan keadaan (hal) lain dari pada semula (keadaan/hal harus menjadi lebih baik). Perubahan harus menjadikan keadaan/hal lebih baik. Jika perubahan tidak membawa perbaikan, berarti isi/substansi perubahan tidak memuat perubahan dan pelaksanaan perubahan gagal. Itulah sering terdengar tentang perubahan yang tidak membawa perubahan. Catatan: berubah atau punah?
Jadilah orang yang lebih nyaman dengan perubahan, terbiasa memikirkan sesuatu yang belum pernah dipikirkan (kreatif dan inovatif), lebih menyukai apa yang belum pernah diketahui dari pada yang sudah diketahui, lebih senang menyelesaikan hal-hal yang lebih sulit dari pada yang lebih mudah karena kalau mampu menyelesaikan kesulitan tersebut akan terbuka pintu lebar bagi kita, rela meninggalkan zona kenyamanan yang dicapai saat ini untuk menuju ke kenyamanan yang lebih baik, dan lebih senang mengotak-atik masa depan dari pada masa lalu. Masa lalu sudah merupakan sejarah, yang penting adalah hikmahnya bagi masa depan
Milikilah sifat nyaman terhadap perubahan karena perubahan pasti berlangsung, dengan atau tanpa kita; • Perubahan dapat berlangsung secara reaktif, aktif, dan/atau proaktif; • Jadilah agen perubahan yangmampu dan sanggup mentransformasi sumberdaya yang ada di sekitarnya untuk memperoleh nilai tambah yang menguntungkan, baik secara ekonomi maupun nonekonomi, pribadi maupun sosial; • Perubahan memerlukan kepemimpinan trans- formasional/visioner
Dalam melakukan perubahan, manusia harus menggunakan kecerdasannya, yaitu selalu berpikir dari yang sudah ada dan ke yang belum ada, dari yang sekadar materiil ke yang imateriil agar manusia kaya materi dan kaya hati, dari yang terhingga ke yang tak terhingga, dari yang terbatas ke yang tak terbatas (spiritual intelligence), dari hal-hal yang dapat disentuh (riil) ke hal-hal yang tidak dapat disentuh (abstrak), dari yang dapat diukur ke yang tidak dapat diukur, dan manusia harus mencari makna dan tujuan hidup menurut Hukum-Hukum Ketetapan-Nya yang diabadikan dalam Kitab Suci Agama.
Dalam setiap agama selalu mengandung tiga pesan, yaitu: (1) Akidah ke-Esa-an Tuhan, (2) konsepsi Illahi tentang manusia seutuhnya, dan (3) sejarah sebagai guru. Ketiga pesan inilah yang semestinya dijadikan sumber inspirasi (petunjuk jalan) bagi kehidupan manusia dalam melakukan perubahan, baik perubahan struktur/sistem, figur, maupun kultur; • Dalam beragama diyakini adanya kekekalan (surga dan neraka) dan inilah yang membuat keharmonisan dan kesehatan rohani manusia dalam setiap melakukan perubahan dalam kehidupan sehari-hari (jangan membuat perubahan yang menimbulkan ketidakharmonisan dan ketidaksehatan rohani).
PERAN KREATIVITAS, INOVASI, DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PERUBAHAN Kreativitas memiliki peran penting dalam perubahan karena perubahan memerlukan pemikiran-pemikiran segar/baru (bukan meniru) dan asli (bukan replikasi) alias orisinil Inovasi jugamemiliki peran penting dalam perubahan karena perubahan memerlukan perbaikan-perbaikan terhadap yang sudah ada tanpa harus baru sama sekali, asal memberikan nilai tambah
Kewirausahaan (intinya) adalah seribu akal dalam melipatgandakan hasil kerja dan memiliki peran yang sangat penting dalam perubahan karena perubahan membutuhkan orang-orang berjiwa kewirausahaan (kreatif/ inovatif, berani mengambil resiko, mengerja-kan secara terbaik, dan mampu melipatgandakan hasil kerjanya). Oleh karena itu, mewirausahakan warga pendidikan merupakan upaya yang harus dilakukan secara berkelanjutan agar mereka memiliki jiwa kewirausahaan kuat dan mendasarkan pada lentera jiwa yang kuat (strong passion) yaitu menikmati apa yang dipikirkan & melaksanakannya dengan senang hati.
TUGAS DAN FUNGSI PENDIDIKAN TINGGI Tugas dan fungsi pendidikan tinggi berpijak pada Hukum-Hukum Ketetapan-NYA, yaitu: (1) mengembangkan kualitas peserta didik yang mencakup: kualitas dasar, kualitas instrumental, kualitas ke-Indonesia-an, dan kualitas global; (2) mencari, menemukan, mengembangkan, melestarikan/menjunjung tinggi, dan menyebarluaskan ilmu, teknologi, seni (kebenaran, kebaikan, keindahan); dan (3) menerapkan ilmu, teknologi, dan seni untuk memajukan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
KUALITAS MANUSIA INDONESIA YANG DIIDAMKAN DI MASA DEPAN Mememiliki kualitas dasar kuat (daya fisik, daya pikir, dan daya hati) Memiliki kualitas instrumental kuat (penguasaan ilmu, teknologi, seni, olahraga, kewirausahaan); Memiliki jati diri ke-Indonesia-an kuat, yaitu ber- Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika; Memiliki kualitas global: SDM, teknologi, manajemen, kepemimpinan, kewirausahaan, dan jaringan global
KUALITAS MANUSIA INDONESIA YANG DIIDAMKAN DI MASA DEPAN Daya Pikir Kualitas Dasar Daya Hati Daya Fisik Kualitas Manusia Indonesia Ilmu, teknologi, seni, olah raga, kewirausahaan Kualitas Instrumental Pancasila, UUD 45, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika Kualitas ke-Indonesia-an SDM, Teknologi, manajemen, kepemimpinan, jaringan global Kualitas Global
KUALITAS INSTRUMENTAL Ilmu Keras: Teknologi: • Matematika • Fisika • Kimia • Biologi • Astronomi • Konstruksi • Manufaktur • Transportasi • Komunikasi • Bio • Energi • Bahan Disiplin Ilmu Ilmu Lunak: Rekayasa Sosial: • Pemerintahan • Kebijakan • Manajemen • Tata Kelola • Kepemimpinan • Bisnis • Perekonomian • Dsb. • Sosiologi • Politik • Ekonomi • Psikologi • Antropologi • Seni • Dsb.
CakrawalaKualitasPendidikan Regional Nasional Internasional Kualitas Pendidikan Lokal
KUALITAS KEWIRAUSAHAAN Lulusan PPS harus memiliki kualitas kewirausahaan. Kewirausahaan adalah kegiatan kreatif dan inovatif (seribu akal), terorganisir dalam menciptakan produk dan pasar baru yang disertasi keberanian mengambil resiko atas hasil ciptaannya dan melaksanakannya secara terbaik (ulet, gigih, tekun, progresif, sungguh-sungguh, pantang menyerah, dan berpijak pada lentera jiwa/passion) sehingga hasilnya berlipat ganda.
Jenis-jenis kewirausahaan adalah: bisnis, akademik, sosial, dan politik. Apapun jenisnya, kewirausahaan memerlukan kemampuan tentang apa yang akan dihasilkan/diproduksi, bagaimana cara menghasilkan/memproduksi, dan hasilnya/ produknya untuk siapa. Intinya, kewirausahaan adalah seribu akal dan hasilnya berlipat ganda. Wirausahawan adalah orang yang memiliki seribu akal dan hasil kerjanya berlipat ganda.
Jadi kualitas manusia Indonesia di masa depan sangat menentukan kemajuan bangsa Indonesia dan dapat disiapkan melalui PPS yang sekti mondro guno (excellent) yaitu yang memiliki keunggulan-keunggulan dalam kualitas, kreativitas, inovasi, efektivitas, produk-tivitas, efisiensi, daya saing, budaya/ kultur, peradaban, dan kemandirian.
KUALITAS PENELITIAN • Hasil penelitian baru dan bukan meniru, asli dan bukan replikasi; • Hasil penelitian bermanfaat/berkontribusi terhadap pengembangan ilmu, teknologi, seni dan/atau memperbaiki praktek-praktek yang dilakukan pemerintah dan masyarakat; • Penggunaan paradigma, pendekatan, dan metode penelitian yang cocok/sesuai dengan permasalahan penelitian; • Gaya penulisan yang konsisten (APA/ MLA); • Penggunaan bahasa baku; dan • Teknik-teknik penyajian/penulisan.
KUALITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Dari hasil-hasil pengembangan kualitas manusia (mahasiswa) dan hasil-hasil penelitian, pendidikan tinggi harus mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, jika tidak ingin disebut sebagai menara gading. Saya sependapat dengan Prof. Purwo Santoso (2011) bahwa pengabdian kepada masyarakat bukanlah beban tambahan yang harus dipilih, tetapi justru menjadi basis pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi.
PELAKSANAAN TUGAS & FUNGSI “PT” MEMERLUKAN WAWASAN BERIKUT Wawasan religis Wawasan sistemis Wawasan ideologis Wawasan filosofis Wawasan teoritis Wawasan empiris Wawasan metodologis Wawasan teknis Wawasan etis/moralis Wawasan estetis Wawasan yuridis
ISU-ISU KONTEMPORER PENDIDIKAN NASIONAL • Apakah tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan saat ini mampu mengembangkan kualitas dasar, kualitas instrumental, kualitas ke-Indonesia-an, dan kualitas global? Sesuai amanat pembukaan UUD 45)? • Apakah tujuan pendidikan nasional mencakup pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya? • Bagaimanakah caranya membangun pendidikan agar lulusannya berjati diri Indonesia, yaitu selaras dengan karakteristik dan kebutuhan Indonesia? • Apakah pendidikan nasional mampu membangun knowledge and moral society?
5.Apakah upaya-upaya pembangunan pendidikan saat ini ditempuh secara sistem (utuh dan benar)? Adakah kecenderungan bahwa kebijakan dibuat secara hedonis dan oligarkis? Solusinya? 6.Bagaimanakah caranya membangun pendidikan yang mampu mengembangkan kreativitas, inovasi, dan kewirausahaan peserta didik? 7.Bagaimanakah caranya mengembangkan pendidikan yang mampu membangun kerukunan, kekompakan dan perdamaian?
8.Kebijakan pendidikan kita dibuat cenderung seragam, sedang kondisi riil di lapangan (Indonesia) sangat beragam/majemuk/ bhinneka sehingga terbesit pertanyaan apakah satu jenis kebijakan cocok untuk seluruh daerah yang sangat beragam kemajuannya. Perlukah dibuat kebijakan yang asimetrik, yaitu kebijakan-kebijakan alternatif sebagai pilihan untuk daerah tertentu yang tidak harus sama untuk daerah lain di seluruh Indonesia (one size for all)? Bagaimana jalan keluarnya?
9.Apakah regulasi/hukum/peraturan per- undang-undanganpendidikankitasaatinimampumenjaminkepastian, keadilan, dankemanfaatanbagipublik? Misalnya: UU, PP, Perpres, Permendikbud, Permenpan-RB, Perda, dansebagainya? 10.Otonomi daerahtelahmembuatalokasianggaranbelanjapersoneldanbelanjarutinpendidikansangatbesarsehinggamembuatruangbelanjauntukpengembanganpendidikanmenjadikecil. Bagaimanasolusinya?
11.Investasi pada jenis dan jenjang pendidikan yang manakah yang paling besar kontribusinya terhadap pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya? 12.Apakah pendidikan dasar kita telah memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar untuk melanjutkan ke pendidikan menengah? 13.Apakah proporsi siswa SMA:SMK (30%: 70%) sudah tepat untuk mendukung pembangunan Indonesia? Apa dasarnya?
14.Apakah perguruan tinggi kita telah menyiapkan mahasiswanya untuk menguasai ilmu dan teknologi yang diperlukan untuk mengelola modal-modal yang dimiliki Indonesia (ideological, natural, human, cultural, financial, and social capitals)? 15.Seberapa besarkah keselarasan antara dunia pendidikan dan dunia kerja, baik dalam kuantitas, kualitas, lokasi, dan waktu? 16.Apakah pembagian urusan menurut PP 38/2007 selaras dengan besarnya pendanaan pendidikan yaitu 20% APBN dan APBD berdasarkan UUD 45?
17.Apakah sertifikasi pendidik memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru? 18.Apakah SKB 5 Menteri tentang redistribusi guru berjalan dengan lancar? Mengapa? 19.Apakah alokasi DAU, DAK, Dekon, Dana Pembantuan pendidikan efektif? 20.Apakah DAK dapat meningkatkan akses, pemerataan, mutu pendidikan, dan mengurangi kesenjangan antara sekolah di desa dan di kota, siswa miskin dan kaya, geografis sulit? 21.Apakah penataran kepala sekolah (30.000) yang dilaksanakan pada tahun 2011 efektif?
22.Apakah kebijakan-kebijakan dan program-program pendidikan yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 dan 2010-2014 telah dievaluasi dengan metodologi evaluasi yang benar atau bahkan belum dievaluasi? 23.Apakah kebijakan, perencanaan, dan peng-anggaran pendidikan saat ini cukup efektif untuk meningkatkan mutu dan memper-sempit kesenjangan pemerataan dan mutu pendidikan antara wilayah Indonesia barat dan timur, antara kota dan daerah pinggiran (hinterland)? 24.Desentralisasi: apakah organisasi dan manajemen pendidikan di pusat dan di daerah mampu meningkatkan secara signifikan kinerja pendidikan di Indonesia?
25.Apakah standar kompetensi lulusan (SKL) dari setiap jenis dan jenjang pendidikan masih relevan dengan tuntutan kebutuhan Indonesia dan tuntutan abad 21? 26.Apakah standar isi benar-benar mencakup apa yang harus, seharusnya, dan dapat diajarkan? Mengacu SKL dan dilaksanakan secara efektif? 27.Apakah standar proses pembelajaran mampu memberdayakan peserta didik? 28.Apakah standar kompetensi pendidik dan tenaga menggambarkan kompetensi ideal? 29.Apakah sarana dan prasarana mendukung pelaksanaan standar isi dan standar proses?
30.Apakah pengelolaan pendidikan yang telah desentralistik benar-benar desentralistik? 31.Apakah pendanaan pendidikan sesuai dengan fungsi yang diemban? Yaitu, uang mengikuti fungsi sehingga yang dilakukan adalah menguangkan program? Atau fungsi mengikuti dana sehingga yang dilakukan adalah memprogramkan uang? 32.Apakah standar evaluasi yang diterapkan saat ini otentik dan berbasis kompetensi? 33.Mengapa pelaksanaan ujian nasional ber-masalah? Apa penyebabnya?
34.Bagaimana cara membangun pendidikan agar selaras dengan kebutuhan lokal, nasional, regional, dan internasional secara proporsional? 35.Berapa proporsi siswa yang perlu disiapkan untuk menjadi karyawan/pegawai dan menjadi wirausahawan/pengusaha? 36.Apakah organisasi dan pembagian urusan antara pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemerintah kabupaten serta kota sudah proporsional? 37.Bagaimanakah koordinasi vertikal dan horisontal pendidikan yang efektif dan efisien?
38.Pengambilan keputusan (kebijakan) saat ini terkesan hedonis dan oligarkis dan pada umumnya kurang mendasarkan data sehingga keberterimaan publik terhadap kebijakan pendidikan tergolong rendah (misalnya Kurikulum 2013). Solusinya? 39.Bagaimanakah cara memaksimalkan peran dunia kerja dalam pendidikan, terutama pendidikan kejuruan dan pendidikan tinggi? 40.Kompetensi lulusan yang seperti apakah yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, keluarga, berbagai sektor dan sub-sub sektornya? 41.Apakah yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik pada setiap satuan pendidikan?
42.Jenis pendekatan pembelajaran yang manakah yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, dan yang mampu memberdayakan peserta didik? 43.Kompetensi apa sajakah yang harus dimiliki oleh pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan tertentu? 44.Siapa, membiayai berapa banyak, dan untuk apa? 45.Bagaimana cara mengembangkan sarana dan prasarana yang lengkap, relevan, dan mutakhir? 46.Bagaimanakah cara mengelola dan meng-organisasi pendidikan secara efektif dan efisien dalam era desentralisasi dan globalisasi?
47.Berapa sebenarnya jumlah dan jenis spektrum (kelompok) pendidikan kejuruan yang selaras dengan struktur ekonomi Indonesia? 48.Organisasi dan manajemen PTK: reformasi birokrasi berimplikasi pada penataan ulang organisasi dan manajemen; saat ini dunia kerja belum didudukkan dalam organisasi PTK (dulu ada MPKN/MPKP/MS, sekarang mestinya Dewan Pendidikan tetapi kurang melibatkan dunia kerja). Apa solusinya?
49.Kesenjangan pemerataan dan mutu pendidikan antara wilayah Indonesia barat dan timur, antara kota dan daerah pinggiran (hinterland) terjadi akibat kesenjangan struktural, natural, dan kultural. Untuk itu perlu diatasi melalui intervensi-intervensi oleh pemerintah dan pemerintah daerah yang memihak kepada daerah-daerah yang tertinggal. Perlukah affirmative action policy yaitu kebijakan, perencanaan, dan penganggaran yang memihak kepada daerah-daerah tertinggal? Selain itu, perlukah ditempuh pendekatan kultural untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan bagi masyarakat?
BEBERAPA KEBIJAKAN PENDIDIKAN YANG SEDANG BERLANGSUNG Pendidikankarakter (personal dannasional) Kurikulum 2013 danimplementasinya Pendidikanmenengah universal Akademikomunitas Penyelarasanpendidikandanduniakerja (KKNI) SosialisasiaktualisasiPancasila, UUD 45, NKRI, danBhinneka Tunggal Ika ReformasibirokrasiKemdikbud Pengembanganpendidikantinggi 45
Proporsi jumlah siswa SMA:SMK dari 70%:30% menjadi 30%:70% Pengelolaan kesenjangan pendidikan (bidik misi, redistribusi guru, larangan pungutan, penanganan pendidikan daerah (terpencil, tertinggal, terpencar, terdepan, perbatasan, pulau kecil, BOS, perubahan PP 19/2005 menjadi PP 32/2013, buku teks pelajaran, penataan pegawai berbasis kompetensi 46
PERANAN LULUSAN “PPS” UNY Lulusan PPS UNY dapat berperan sebagai ilmuwan, teknolog, teknokrat, cendekiawan, atau pembisik; Ilmuwan saya rujuk ke para lulusan PPS yang menekuni ilmu-ilmu lunak (ekonomi, politik, pendidikan, sosiologi, psikologi, dsb.) dan dalam bahasa Inggris disebut scholar, maupun yang menekuhi ilmu-ilmu keras (matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi, dsb.) dan bahasa Inggris disebut scientist. Teknolog saya acukan ke para lulusan PPS yang menekuni teknologi konstruksi, manufaktur, komunikasi, transportasi, bioteknologi, energi, dan/atau bahan.
Teknokrat saya padankan ke para lulusan PPS (2) dan (3) yang menerapkan ilmu dan teknologinya dalam lingkaran politik yaitu menjadi pembantu-pembantu kepala negara, kepala daerah propinsi, kepala daerah kabupaten/kota dalam menyusun norma, standar, kriteria, dan prosedur dalam rangka untuk mengarahkan, membimbing, memfa-silitasi, memberdayakan, mengatur, menjamin dan mengendalikan, mengelola, memimpin, mengembangkan organisasi, mengadministrasi, memantau dan meng-evaluasi, menerapkan tata kelola yang baik, dan sebagainya untuk tidak disebut semua.
Cendekiawan (intellectual) saya kenakan pada para lulusan PPS yang sudi mengamati, yang mempunyai perhatian pada kesejahteraan masyarakat, dan yang mau mempengaruhi masyarakat dan pemerintahan melalui penyebarluasan pikiran-pikirannya. Pembisik saya padankan pada para lulusan PPS yang ingin berpengaruh terhadap penguasa secara diam-diam/personal tanpa terpublikkan ide-idenya tetapi langsung ke penguasa tanpa diketahui orang lain. Untuk budaya Indonesia, ini sangat efektif. Berperan dalam memajukan bangsa: (a) menerapkan dan menyebarluaskan ilmunya dalam rangka menyejahterakan dirinya dan masyarakat; (2) bergerak dalam lingkaran politik dalam rangka untuk menjadi teknokrat;
Bergantung pada kecenderungan masing-masing, lulusan PPS UNY bisa berperan dalam memajukan bangsa melalui cara-cara berikut: (a) menerapkan dan menyebarluaskan ilmunya dalam rangka menyejahterakan dirinya dan masyarakat luas; (b) bergerak dalam lingkaran politik dalam rangka untuk menjadi teknokrat; (c) menjadi pemerhati/pengamat kepentingan masyarakat umum melalui kajian-kajian kritis (kritik bersifat konstruktif) dalam rangka untuk memperbaiki kondisi masyarakat umum; dan (d) menjadi pembisik kepada penguasa negara (presiden, menteri, dsb.) melalui pikiran-pikiran