30 likes | 321 Views
c. Faktor lingkungan, sekolah dan sosial Menurut Hawari (1997) kondisi sekolah yang tidak baik seperti sarana prasarana sekolah yang kurang memadai, kuantitas dan kualitas tenaga pengajar dan
E N D
c. Faktor lingkungan, sekolah dan sosial Menurut Hawari (1997) kondisi sekolah yang tidak baik seperti sarana prasarana sekolah yang kurang memadai, kuantitas dan kualitas tenaga pengajar dan non-pengajar yang tidak memadai, kesejahteraan guru yang kurang, lokasi sekolah di daerah rawan dapat mengganggu proses belajar dan mengajar yang pada akhirnya dapat memberi peluang pada anak didik untuk berperilaku delinkuen. Senada dengan hal tersebut Kartono (1992) juga mengatakan bahwa kondisi sekolah yang tidak memenuhi syarat seperti tidak adanya halaman untuk bermain, tidak ada fasilitas olah raga, minimnya ruang belajar, jumlah murid dalam satu kelas yang terlalu banyak (50 - 60 orang), ventilasi yang buruk, minimnya ekstra kurikuler, kurikulum yang tidak menentu dan selalu berubah membuat siswa dan guru menjadi bingung dan membuat anak menjadi jemu belajar, kesejahteraan guru yang kurang membuat guru suka mengobyek mencari tambahan dan hal ini jelas akan mengganggu kegiatan belajar dan mengajar. Secara umum, para remaja delinkuen menunjukkan prestasi akademik yang rendah, sering membolos, kurang dihargai guru, sangat tergantung oleh teman - temannya baik ketika mereka mendapatkan kesulitan atau tidak dan drop out. Thomburg (dalam Kurniawan, 1997). Lingkungan tempat tinggal yang dihuni oleh orang dewasa dan anak - anak muda yang berperilaku kriminal dan anti sosial dapat merangsang anak untuk perilaku mereka, perkampungan yang kumuh, kepadatan penduduk, serta kemiskinan. Tetapi tidak semua remaja yang hidup dalam kemiskinan, berumah reyot, atau