620 likes | 1.91k Views
KEPEMIMPINAN PERSPEKTI F HINDU. OLEH : IDA PADANDA GDE PANJI SOGATA. PENDAHULUAN. Pengertian
E N D
KEPEMIMPINAN PERSPEKTIFHINDU OLEH : IDA PADANDA GDE PANJI SOGATA
PENDAHULUAN Pengertian • Kepemimpinan sudah ada sejak jaman dahulu sejak manusia mengenal peradaban dan hidup berkelompok-kelompok saling berhubungan satu sama lain sehingga terjadi suatu proses timbal balik dan saling mempengaruhi didalam memenuhi keperluan bersama.
Kartini Kartano dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan mengutip tulisan Kautilya dalam “Arthasastra “(321 SM) yang menyebutkan ciri-ciri khas seorang perwira yang ditunjuk sebagai pemimpin, sebagai berikut : • Pribumi, lahir dari keturunan luhur; • Sehat, kuat, berani, ulet; • Intelegen, punya ingatan yang kuat, pandai, pasih berbicara; • Punya watak yang murni, dengan sifat-sifat utama, penuh kebaktain, setia, taat kepada kewajiban, punya harga diri, kokoh pendiriannya, memiliki antusiasme, bijaksana, mampu melihat jauh kedepan; • Ramah tamah, baik hati, sopan santun; • Terampil, terlatih baik dalam bidang seni; • Mempunyai pengaruh ( Kartini Kartono, tt.28).
Kata kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang artinya tuntun atau bimbing, dari kata kerja memimpin atau menuntun dan kata benda pemimpin yaitu orang-orang yang berfungsi memimpin atau menuntun (S. Pamudhi. 1992.3). Sedangkan pendapat George Terry yang dikutip oleh Drs.Sukarna dalam bukunya Administrasi/Managemen mengartikan kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang supaya bekerja dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama. (Sukarna. 1992. 71)
Beberapa pendapat para ahli tentang kepemimpinan. • Robert Tennen Baum, Irving R. Waschaler dan Fred Messarik oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard dalam bukunya manajemen perilaku organisasi : Pendayagunaan sumber daya manusia yang diterjemahkan oleh Agus Dharma, mendefinisikan kepemimpinan sebagai “pengaruh antara prilaku yang dilakukan dalam suatu situasi dan diarahkan, melalui proses komunikasi, pada pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu. (Agus Dharma, 99).
Pendapatnya Ordwy Tead (1953) yang dikutip oleh Drs. Sudarto dalam bukunya Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi mengemukakan sebagai berikut : “Leader ship in the activity of influencing people to cooperate toward same goal, which came to find desirable”. (Kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang-orang agar mau bakerja sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan). (Sukarto, 13).
G.L. Fruman & E.K. Taylar (1950). “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan dalam hal mencapai tujuan organisasi dengan efektivitas maksimum dan bekerja sama dalam tiap-tiap indifidu. (Dubin, 1951). • Leadership is the exercise of auto rity and the making of decisions” (Kepemimpinan adalah menggunakan wewenang dan membuat keputusan-keputusan).
Ajaran kepemimpinan dalam Ramayana, dimana sang Rama sebagai pigur, teladan kepemimpinan yang ideal masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang (atita, nagata, wartamana). • Kepemimpinan Sri Rama yang termuat dalam Ramayana melalui nasihat Sri Rama kepada Pangeran Barata dan Pangeran Wibisana.
Kepemimpinan Sang Rama kepada Pangeran Barata bertempat di kaki Gunung Citrakuta ±3.100 tahun SM. Rama dan Pangeran Walmiki hidup di masa Tritayuga yang diperkirakan berakhir tahun 867.000 SM. (± 869.000 Th yang lalu). Kepada Pangeran Wibisana bertempat di Alengkapura, setelah Rahwana, kakak Wibisana kalah dan gugur dalam perang. Tapi kekuasaan tetap berada kepada Alengkapura yaitu Wibisana. Disinilah Sang Rama sebagai seorang pemimpin memberikan nasihat kepada Wibisana. Sang Rama walaupun menang perang dengan Rahwana, kerajaannya/negaranya tetap diserahkan kepada yang berhak yaitu Wibisana.
Kepemimpinan dan keteladanan Sri Rama dari jaman dahulu sampai sekarang dan yang akan datang masih tetap relevan. Dan ajaran Sang Rama telah menyebar keseluruh pelosok dunia. Sampai sekarang masih ada pestival Ramayana dunia. • Nasehat Sri Rama kepada Pangeran Barata : • “Ndan kita pi sara bharan raksang sakala jagat, ksatriya winaya yeka raksan katuturaken, sa sana ya gegentang sastra dwulati lana, sojaring aji tuken yeka manwa kasukan. (Bab III. Sloka 53)”.
“Dewa kusala sala mwang dharma ya pahayun, mas ya ta pah wredhi byaya ring hayu kekesan, bhakti saka harep tadwehing bala kasukan, dharma kalawan artha mwang kama ta ngaranika. (Bab III. Sloka 54)”. Artinya : Jadikan diri (mu) tenaga pendorong dalam melindungi kehidupan rakyat, Ingatlah selalu dan junjung tinggi sumpah janji seorang pemimpin, jadikanlah ajaran suci dan tingkah laku suci sebagai pegangan dan pelajari secara teratur. Ikuti petunjuk-petunjuk suci agama, karena ia akan membawakan kebahagian dunia.
Perbaiki tempat-tempat suci dan rumah sakit, pendapatan negara harus diperbesar, belanja negara di perketat, boleh hidup mewali, asalkan rakyat juga menikmati kesenangan, kehidupan demikian itu sesuai dengan ajaran Dharma, Artha dan Kama. • Pemimpin sebagai pendorong, motivator, melindungi rakyat, junjung sumpah jabatan.
Sila rahayu sira raksan, raga dwesa hilangaken, kimburu ya ta hilang, sunya ambekta lawan awak, nyang winaya gegena sing salah kinalulutan, mwang abimara sampat, antenku prabhu mangalih. (III,55). Artinya : Kebaikanlah yang harus selalu dikerjakan, jangan sampai menjadi budak dari napsu kebencian, Hapuslah rasa iri hati, antara pikiran dan badan hendaknya harmonis, Disiplin hendaknya ditegakan serta semua perilaku hendaknya menimbulkan simpati, Ingatlah kekuasaan orang yang congkak akan membawa kejatuhan.
Dari sloka tersebut dapat dipetik sebagai Etika Kepemimpinan Hindu seperti : • “Sila rahayu raksan, kebaikanlah yang selalu harus dikerjakan, • “Raga dwesa hilang aken, kinburu ya ta hilang : jangan menjadi budak napsu dan kebencian, hapuskan rasa iri hati. • Sunya ambekta lawan awak, pikiran dan badan supaya harmonis. • Winaya gegeno : disiplin dalam pikiran, perkataan dan perbuatan dipegang. • Sing salah kinalulutan : bertingkah laku yang simpatik.
Selanjutnya Sri Rama menjelaskan tindakan kepemimpinan sebagai berikut : • “wruh pwa kita rikangde prajna dilbya ngaranika, ring ranamuko sara mwang waksura ya gunitan, tyaga kita manyajna ring brahwangsa muniwara, nagata gawa yen tat raksakang rat ya paha pageh. Artinya : mengetahui dengan jelas segala sesuatu yang harus dilaksanakan, menandakan orang itu orang bijaksana, didalam medan perang ketangguhan dan kepahlawananlah yang paling dihagai, iklaskanlah hatimu bila menghaturkan (berdharma) punya kepada para pandita dan para orang suci. buatlah rencana yang semata-mata untuk memperkuat keamanan rakyat dan negara.
Penjelasan Sang Rama selanjutnya termuat dalam Bab III, sloka 59 sebagai berikut : • Utsaha ta larapma, karya sing paha pagehen, sampay tangewe yakena, ring satwa dharma ya tunwi, • Sakti singa katatakut, ring wira sama winurus, yatnan yan pamati-mati, yeka anung satirun-tirun, • Gong hangkara ya ta hilan, ninda tan gawaya kena, tan jamna muhara wero, yeka prasraya sumuka. Artinya : Berikan bantuan kepada semua usaha rakyat, dan perkokohlah segala kegiatan usaha mereka itu. jangan melakukan penghinaan, meskipun kepada hewan yang terendah sekalipun.
Seorang yang mempunyai kekuatan seperti singa yang menakutkan serta keberanian yang tiada tandingannya, namun demikian jika singa itu sampai pada tingkat membunuh mangsanya, ia laksanakan dengan sangat teliti, tindakan demikianlah yang hendaknya ditiru. • Sifat angkara itu harus dihapuskan dari hati, janganlah sampai masyarakat mendapatkan kesempatan untuk mencela tindak tanduk anda. janganlah pula asal kelahiranmu menyebabkan anda mabuk, karena pada hakekatnya perilaku sopan kepada siapa saja akan membawakan kenikmatan hidup bagi diri anda sendiri.
Dari sloka ini ada beberapa yang dapat ditarik untuk pegangan dalam memimpin masyarakat/negara : • Bantulah dan perkokoh usaha rakyat • Jangan sampai menghina • Jangan bersifat angkara murka • Jangan gegabah memberi keputusan apabila keputusan hukuman mati • Jangan mabuk karena asal usul kelahiran • Jangan sampai rakyat mencela anda (pemimpin) • Berlaku sopanlah kepada siapapun dan dimanapun juga.
Dari tujuh penerapan kepemimpinan Sri Rama dengan jaman seperti sekarang masih sangat relevan, sesuai dengan kepemimpinan yang transpormatif. Terutama bantuan kepada rakyat, jangan menghina, bertindaklah sopan santun kepada siapa saja. Bagaimana pemimpin dapat menularkan keteladanan hidup yang sopan dan bermartabat serta berspiritual. Kalau pemimpinnya bermartabat, rakyatnya akan ikut bermartabat, paling tidak segan dan rasa hormat dan bangga kepada pemimpinnya, rakyat merasa di wongke, sehingga rakyat ikut merasa memiliki, melu andrebeni : merasa bertanggung jawab, ikut melindungi, untuk menjaga sebuah negara di perlukan pemimpin yang ideal seperti Sri Rama, minimal mendekati.
Selanjutnya nasehat Sri Rama tentang kepemimpinan disampaikan kepada Pangeran Wibisana adalah adik Raja Rahwana yang gugur dalam perang di Alengkapura ; namun Sri Rama tidak menguasai negaranya, malahan mengangkat adik Rahwana yaiyu Wibisana. • Sang Rama berpesan kepada Wibisana sebagai berikut: • Nihan kramani dening angdadi rat, awakta rumuhun warah ring hayu, tuas ta mapageh magen agama, teka rikang amatya mantri teunut. Artinya : Beginilah caranya mengurus negara, Dirimu terlebih dahulu diberitahu tentang kebaikan, Bila mana anda telah kuat memegang ajaran keagamaan, Penasehat raja, dan menteri semuanya akan mengikutinya.
Petih sang apatih patih satya ta, sabhetya paricara kapwacara, tekeng anak anut ulah tan salah, praja ya milu jagra niti hayu. • Prayatna ring ulah atah ngwang prabhu, paweha tuladan tiruning sarat, yadin salah ulah sasar rat kabeh, pan anda pada sang mawang rat tinut.
Lebih lanjut Sri Rama menjelaskan kepemimpinan dalam Asta Barata, delapan mengendalian diri pemimpin. • Hyang indra yama surya candranila, ruwera barunagni nahan wiwalu, sira ta maka angga sang bhupati, matangniran inisti astabrata. Artinya : Dewa Indra, Yama, Surya, Candra, Anila, Kuwera, Baruna dan Agni, adalah delapan dewa yang merupakan badan sang pemimpin. Itulah sebabnya sang pemimpin diharapkan melaksanakan Asta Brata.
Nihan bratani sang hyang indralapen Sirang hudanaken tumrepting jagat Sirata tuladenta indra-brata Sudana ya hudanta menglyabi rat Artinya : Inilah kewajiban hyang Indra, yang patut anda ambil. Ia menurunkan hujan, yang menyegarkan dunia. Itu patut ditiru kewajiban dewa Indra. Kedermawanan anda yang utama, itulah merupakan hujan anda yang menggenangi seluruh dunia.
Yama brata dumanda karma hala Sirekana malung maling yar pejah Umilwa kita malwang olah salah Asing ngumawarang sarat prih pati Artinya : Perilaku Hyang Yama mengkuhum yang berbuat jahat. Ia memukuli pencuri bila mereka telah mati. Anda sepatutnya ikut memukul segala yang berbuat salah. Siapa saja yang mengganggu dunia (rakyat), perlukan, bunuhlah.
Bhatara rawi manghisep wwailana Ndatan kara canaih-canaih denira Samangkana kitat alap pangguhen Tatar gelisa yeka suryabrata Hyang Rawi (Surya) senantiasa mengisap air, tiada henti-hentinya, perlahan-lahan olehnya. Demikian hendaknya anda patut memetiknya (mencontohnya) sampai menemukannya. Janganlah tergesa-gesa, begitulah Suryabrata.
Cacibrata humarsukang rat kabeh Ulahta mredu komala yan katon Guyunta mamanis ya tulyamreta Asing matuha panditat swagatan Artinya : Perilaku hyang Bulan menggerikan seluruh jagat. Tingkah laku anda hendaknya lemah lembut dipandang orang (tampaknya). Gelak anda hendaknya manis seperti Amreta. Setiap orang yang arif bijaksana patut dihormati.
Hangin ta kita yat panginte ulah Kumawruhana buddhining rat kabeh Sucara ya panonta tatan katon Ya dibya guna suksma bayubrata Artinya : Hendaknya seperti dewa Angin bila anda mengintai segala perbuatan. Seharusnya anda mengetahui pikirana semua rakyat. Mata-mata yang baik itulah merupakan mata anda, akan tetapi tidak kelihatan. Itulah Bayubrata, sangat gaib dan mempunyai sifat-sifat luhur.
Mamuktyang upabhoga sinambin nginak Taman panepengeng pangan mwang nginum Manandanga mabhusana mahyasa Nahanta dhanadabratanung tirun Artinya : Mengecap segala kenikmatan sambil bersenang-senang, tidak berjangka dengan makan dan minum, juga hal bersandang, berpakaian dan berhias, perilaku dewa Dhanada (Kuwera) yang patut dituruti.
Bhatara barunanggego senjata Maha wisa ya nagapacangapus Sirata tuladenta pacabrata Kitomapusanang watek durjana Artinya : Perilaku Dewa Baruna memegang senjata Nagapaca (Nagatali) yang sangat berbisa, adalah alat untuk mengikat. Itulah yang patut anda contoh, yaitu Pacabrata. Andalah yang patut mengikat segala penjahat.
Lananggesengi catru bahnibrata Galakta ri musuh yekapuya Asing sainasonta cirnapasah Ya tekana sinangguh agnibrata Artinya : Selalu membakar musuh, itulah perilaku dewa Agni. Kegalakan anda kepada musuh itulah apinya. Barang siapa yang anda dekati, hancur lebur. Itulah yang disebut Agnibrata.
Indra : pemimpin diharapkan seperti air hujan, ia menurunkan hujan agar menyejukan dunia. Dermawan tidak pilih kasih itu kewajiban pemimpin. • Yama : menghukum yang berbuat jahat, menegakan hukum seadil-adilnya memberi hadiah kepada yang berprestasi. • Surya, matahari : menerangi semuanya tanpa pilih kasih, menjadi contoh keteladanan yang baik, tidak membeda-bedakan, seperti sifatnya sinar matahari sumur disinari, demikian dihharapkan seorang pemimpin. • Candra, bulan : menggembirakan seluruh rakyat, hendaknya lemah lembut dan selalu memancarkan wajah manis dan menyejukan, setiap orang arif bijaksana patut di hormati.
Anila, angin : hendaknya seperti angin, seorang pemimpin mempunyai daya pengertian yang baik, punya daya nalarinka, terhadap kondisi rakyat, petugas mata-mata yang baik itulah petugas anda, namun tidak kelihatan seperti angin, Baya brata, gaib dan luhur. • Kuwera (Pemakmuran), mengusahakan kemakmuran untuk rakyat, setelah makmur baru bersenang- senang. • Baruna, laut : memberi perlindungan dan mengikat, pemimpin harus mempunyai wawasan yang luas, bijaksana dan arif. • Agni, api : pemimpin hendaknya mempunyai sifat yang mulia seperti api, teguh, kuat. Api bila besar sifatnya membakar musuh, bila kecil menjadi teman.
Nahanta guna sang rumak seng jagat, ginorawa lana ginostiniwo, ya tutana ya tu manik tekana, ulah masaseran ya sesran mageng. Artinya : Demikianlah sifat-sifat seorang pemimpin yang baik dalam mepimpin negara. ia selalu di segani, dibicarakan, karena dipandang penting, itulah seorang pemimpin yang patut di turut, karena itu seperti kalung mutiara. perilaku anda menyusup ibarat cincin mutiara yang besar.
Demikian penjelasan Asta Brata, ilmu kepemimpinan yang tak lekang, Sri Rama menekankan kembali bagaimana seorang pemimpin berprilaku sebagai berikut : • Prihen temen dharma dhrmaranang sarat, saraga sang sadhu sirika tutana, tan artha tan kama pidonya tan yasa, ya sakti sang sajjana dharma raksaka. • Sakanikang rat kita yan wenang manut, manupa desa prihatah rumaksa ya, ksanikang papa nahan prayojana, janaruraga di twin kapangguha.
Guha peteng tang mada moha kasmala, maladi yolanya, mageng maha wisa, wisata sang wruh rikanang jurang kali, kalinganing sastra suluh nikang prabha. • Prabhanikang jnana susila dharma weh, maweh kasidyan pada mukti nirmala, malamatih lan pematuk makin maring, marin wisesa sang ya sa siddha tapasa.
Pasang putih tulya nikang malang liput, luput sirang sadhu yaken pasang tuju, tujung sukangke mamewuh taman mulih, mulih sireng moksa lepas rikang mulih. • Mulik patutning ngaji na gawenira, nirantara weh hayu dharma ring para, parartha tan len juga donireng jagat, jagat ndenge sajar-ajar nireng jagat. (III. 81.)
Artinya : • Utamakan kebenaran itu dengan sungguh-sungguh dalam memimpin negara. Seperti halnya orang bijaksana itulah yang patut di ikuti. Bukannya uang/kekayaan dan kesenangan yang pada hakekatnya tidak kekal, orang bijaksana selalu berpegang kepada kebenaran. • Peraturan, perundang-undangan negara itu patut dituruti, ajaran-ajaran keagamaan diutamakan unatuk dilaksanakan, dipegang dengan baik, menguntaskan kemiskinan itu tugas pemimpin, kebahagiaan dan kecintaan rakyat anda peroleh.
Kegelapan, kesombongan, kebingungan dan tercela, serta kekotoran dan sejenisnya, itu merupakan ular yang kejam dan sangat berbisa. Orang yang arif bijaksana, merasa tentram, meski berada di jurang atau di kali, karena ajaran agama susastra suci sebagai suluhnya, yang meneranginya. • Cahaya terang pikiran, tingkah laku yang baik, kebenaran, itulah yang memberikan kesempurnaan di dunia. Sehingga dapat mengenyam kesucian. Kotoran yang membalut, tidak dapat mematuk, semakin menjinak, tidak lagi mengganggu kehormatan, sehingga pengabdiannya jadi sempurna.
Seperti air pasang yang memutih, demikianlah keadaan kedaratan itu, yang menutupi diri anda. Orang bijaksana tidak terkena oleh buih kedaratan itu, akan tetapi bila ia menuruti kesenangan duniawi dan membemuh, ia tidak akan memperoleh moksa. Ia akan mendapat kelepasan, bila moksa itu yang dituju. • Selalu mempelajari dan mendalami ajaran suci keagamaan, itulah pekerjaan pemimpin. Tidak henti-hentinya menebarkan kebaikan, kebenaran, kepada orang lain. Mengusahakan kepentingan orang lain, tidak lain tugas pemimpin negara. Demikian kesejahteraan negara menjadi tujuan pemimpin.
Ajaran kepemimpinan terhimpun dalam kitab Artha Sastra, yang berisi tentang ilmu pemerintahan negara, terutama tentang ketata negaraan, kepemimpinan. Menurut Kautilya, Artha bermakna tanah atau bumi beserta penghuninya. Dapat pula diartikan warga negara. Sehingga Artha Sastra dapat diartikan sebagai ilmu tentang kewarganegaraan. Kelompok dari Artha Sastra menjadi : Nitisastra, Sakraniti, Usawa, Yajna, Walkya Smerti, dll.
Pemimpin dalam Weda : • Acchinnapatrah Praja (Y.W. XIII.30) Wahai pemimpin, lindungilah warga negaramu tanpa merugikan mereka. 2. Prajahpati (Y.W.VII.17) Wahai pemimpin lindungilah para rakyat • Ksatraya rajanyam (Y.W. XXX.5) Seorang pemimpin diciptakan untuk melindungi rakyat.
4. Raksa ca no maghonah pahi surin (R.W I.54.II) Wahai pemimpin, buatlah kami sejahtera dan lindungi para cendekiawan • Bahukara sreyaskara bhuyaskara (Y.W. X. 28) Wahai pemimpin, engkau memperbaiki dan meningkatkan kemakmuran bagi semuanya • Avyathayai tva svadhayai tva (Y.W. X. 21) Kami memilih seorang pemimpin guna menyingkirkan penderitaan dan melimpahkan makanan.
Dalam Nitisastra di sebutkan bagaimana hubungan singa dengan hutan, “singa adalah penjaga hutan, hutan melindungi singa, singa dan hutan harus selalu saling melindungi dan bekerjasama. Bila berselisih, maka hutan akan dibakar orang, pohon-pohon habis dan gundul. Hal ini mengekibatkan singa kehilangan tempat bersembunyi, pada akhirnya akan diburu oleh manusia. Hubungan ibarat singa dan hutan perlu diterapkan oleh pemimpin dan masyarakat sehingga sukses dalam memimpin negara dan mencapai tujuan bersama. Tidak ada pemimpin yang sukses tanpa dukungan masyarakat.
Catur Naga Sandhi Empat sifat dan tindakan yang bijaksana yang hendaknya dilakukan oleh seorang pemimpin, yaitu : • Sama, yaitu selalu waspada dan siap siaga untuk menghadapi segala ancaman musuh dari dalam/luar, merangsang kewibawaan pemerintah. • Bheda, memberikan perlakuan yang sama dan adil dalam penerapan hukum, menegakan supremasi hukum. • Dhana, meningkatkan kemakmuran sandang, pangan, papan dan pendidikan serta kesejahteraan masyarakat. • Danda, menegakan hukum, menghukum dengan adil sesuai dengan tingkat kesalahannya.
Catur Katamaning Nripati Empat sifat utama bagi pemimpin : • Jnana Wiwesa Sudha : menguasai ilmu pengetahuan umum/agama. • Kaprahitaning Praja : mempunyai perasaan lebih kasihan kepada bawahan/rakyat dan bangsa memperbaiki kesejahteraan rakyat. • Kawiryan : mempunyai keberanian mengadakan perubahan, menegakan kebenaran dan keadilan. • Wibhawa : mempunyai kewibawaan, sehingga gagah perintahnya dapat dilaksanakan.
Landasan Diplomasi • Sugih tanpa banda (kaya tanpa arthi), maksudnya pemimpin selalu bersyukur dan merasa berkecukupan dan selalu mengutamakan kesejahteraan rakyat. • Ngelurug tanpa bala (mengalahkan tanpa kekuatan), maksudnya menggunakan cara persuasif/strategi serta diplomasi dalam menegakan lawan politiknya. • Menang tanpa ngasarake (menang tanpa mengalahkan), maksudnya berusaha mencari jalan keluar tanpa orang lain merasa dirugukan. (ambil ikan, tapi airnya jangan sampai keruh). • Weweh tanpa kelangan (memberi tanpa merasa kehilangan), maksudnya setiap pergerakan, pemimpin dilandasi dengan iklas dan tulus.
Demikian keteladanan kepemimpinan Sri Rama, yang telah berbesar diseluruh dunia, seperti Tiongkok judulnya Ki-Kia-Ye dan Prabhu Dasarata disebut dengan nama Cheu-Che. Rama disebut Lo Men dan Laksamana dengan nama Laksman, diperkirakan Th 472 SM oleh Prof. Sylvian Levi. Di Tibet oleh DR. P. W.Thomas yang datang dari Tuskestan I Th 700M, abad ke VI di Kamboja, abad ke VI, cerita Ramayana sudah dipahatkan pada dinding Candi Prambanan.
Demikian kepemimpinan yang ideal bila negara ingin maju dan makmur. Om sarwa satwah, sarwa bhutah, sarwa pranidah sukkino bhawantu swaha. Semoga semua mahluk hidup berbahagia. Jakarta, 20 Maret 2014 Refrensi : • Nasehat Sri Rama Sampai Masa Kini, Prof. DR. Tjobkasa. • Murdha Agama Hindu. • Kepemimpinan Hindu. • Kakawin Ramayana, Buku III.