210 likes | 386 Views
Haidar Bagir. Perspektif Kurikulum 2013. Apa Tujuan Puncak Pendidikan. Melahirkan manusia-manusia yang kaya? Berkuasa? Terkenal? Pandai? Memiliki Karakter? Atau : Melahirkan anak-anak yang sukses?. Tujuan Puncak Pendidikan. Membekali peserta didik d engan sikap , pengetahuan,
E N D
Haidar Bagir Perspektif Kurikulum 2013
Apa Tujuan Puncak Pendidikan • Melahirkan manusia-manusia yang kaya? • Berkuasa? • Terkenal? • Pandai? • Memiliki Karakter? Atau : • Melahirkan anak-anak yang sukses?
Tujuan Puncak Pendidikan Membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memberikan kemungkinan sebesar-besarnya bagi mereka untuk meraih kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat
Filosofi Kurikulum • Schubert (1986) : Philosophy lies at the heart of educational endeavor. This is perhaps more evident in curriculum domain than in any other, for curriculum is a response to the question of how to live a good life.
Firman Tuhan • “Barangsiapa beriman dan berbuat baik, maka Tuhan akan memberinya kehidupan yang baik (di dunia) dan pahala yang lebih baik lagi (di akhirat) • Menurut para ulama, “kehidupan yang baik” berarti kebahagiaan hidup
Tujuan Pendidikan Nasional • Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Tujuan Pendidikan Nasional • BerimandanbertakwakepadaTuhan Yang MahaEsa, berakhlakmulia, danberkepribadianluhur; • Berilmu, cakap, kritis, kreatif, daninovatif; • Sehat, mandiri, danpercayadiri; dan • Toleran, pekasosial, demokratis, danbertanggungjawab.
Tujuan Pendidikan Nasional(Pasal 3 UU No 20 Sisdiknas Tahun 2003) Berkembangnyapotensipesertadidik agar menjadimanusia yangberimandanbertakwakepadaTuhan Yang MahaEsa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadiwarganegara yang demokratissertabertanggungjawab. 8
Definisi Pendidikan (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1)) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk • kekuatan spiritual keagamaan, • pengendalian diri, • kepribadian, • kecerdasan, • akhlak mulia, serta • keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Kemampuan Personal-Eksistensial • Kemampuan personal-eksistensial – yang sedikitbanyakbersifat spiritual – dankemampuansosialadalahdasarharus dilihat sebagaipuncak.Yakni, bukansajaiakrusialdalammenentukankebahagiaanhidupseseorang, bahkanjugadalampenguasaankemampuan-kemampuanteknis yang menentukankesuksesan. Ingat Abraham Maslow.
Kecerdasan Emosional • Kegagalanpendidikankitadalammengembangkankecerdasansosial-emosionaltelah, sebelum yang lain-lain, menyebabkananak-anakkitatakmemilikikemampuanuntukmengembangkanemosipositifdanempati, yang sangatmenentukankesejahteraanpsikologisdansosialmereka: mudahpatahdanmenyerah, mudah “galau”, takpunyasolidaritassosial. Padahalpertemananmerupakansumberbukanhanyakesusksesan, melainkanjugakebahagiaan. Sementaraitu, kegagalanmengembangkankecerdasanruhaniahmembuatanakkitatidakbahagiaakibatketerasingannya dengan sumber-keberadaan sekaligus Kawan-Agung (the Great Socius)-nya.
Kecerdasan Emosional • Yang takkurangpenting, haruskitasadaribahwakesuksesanmaterilistiksekalipunditentukanjugaolehkecerdasanemosionaldan spiritual: olehkekuatancita-cita (visi), leadership, karakter, kekuatanimajinasi, danunsur-unsursejenisnya. Daniel Goleman, dalambukunya yang fenomenal, Emotional Intelligence, menyatakan: “… kecerdasan emosional kita menentukan potensi kita untuk belajar keterampilan praktis .... Kompetensiemosionalkitamenunjukkanberapabanyakpotensikita yang telahdiaplikasikanmenjadikemampuan yang bisadipakaisaatbekerja.”
Kecerdasan Ruhaniah • DanahZohardan Ian Campbell menyimpulkanbahwakecerdasanruhaniahinimemberikemampuanuntukdapatbekerjasecaraadaptif-kompleks (berdasarprinsipchaos, yang tidaksekadarlogis-linear), yang lebihsesuaidenganlingkungankegiatan yang luarbiasacepatberubahseperti yang terjadisekarangini. Dalambisnis, yang satudisebutsebagaisocial capital, yang lain spiritual capital.
Kemampuan Imajinatif • Kemampuanimajinatif—yang terkaiteratdengankemampuankreatif— mestibenar-benardigalakkan, termasukpemberianruangsebesar-besarnyabagiupayabelajarberkhayal (berimajinasi), mengeksplorseluasmungkinsegalasesuatudanmencoba-cobasebanyak-banyaknya, sertaberfikirsebebas-bebasnya, termasukuntukberbuatkesalahan (trial and error) sebanyak-banyaknya. Di sinimenjadipentingpengembanganprosesbelajar-mengajarberbasisproyek-proyekpenelitian (project-based learning).
Permasalahan Kurikulum 2006 • Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. • Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. • Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. • Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum. • Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. • Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. • Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala. • Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.
Identifikasi KesenjanganKurikulum KondisiSaatIni Konsep Ideal
Identifikasi KesenjanganKurikulum KondisiSaatIni Konsep Ideal 17 17
Pergeseran Paradigma • Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa • Dari satu arah menuju interaktif. • Dari isolasi menuju lingkungan jejaring • Dari pasif menuju aktif-menyelidiki • Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata • Dari belajar yang bersifat individual menuju pembelajaran berbasis tim. • Dari pengetahuan yang umum dan luas tapi tidak dapat digunakan dalam masyarakat, menuju pengetahuan yang mendalam dan dapat digunakan dalam kehidupan di masyarakat. • Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru • Dari alat tunggal menuju alat multimedia • Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif • Dari produksi massal menuju kebutuhan pelanggan • Dari usaha sadar tunggal menuju jamak • Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak • Dari kontrol terpusat pada guru menuju pembelajaran yang memberikan otonomi dan kepercayaan kepada siswa • Dari belajar hafalan faktual menuju kemampuan berpikir kritis-kreatif • Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan
Pendidikan Karakter • Menanamkan pendidikan moral yang mengintegrasikan muatan agama, budi pekerti, kebanggaan warga negara, peduli kebersihan, peduli lingkungan, dan peduli ketertiban dalam penyelenggaraan pendidikan; • Mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan soft skills yang meningkatkan akhlak mulia dan menumbuhkan karakter berbangsa dan bernegara; • Menumbuhkan budaya peduli kebersihan, peduli lingkungan, dan peduli ketertiban melalui pembelajaran aktif di lapangan; • Penilaian prestasi keteladanan siswa yang mempertimbangkan aspek akhlak mulia dan karakter berbangsa dan bernegara.
3 Ranah Perlu diterapkan di sekujur kurikulum, terkait standar isi, proses, dan penilaian • Sikap • Pengetahuan • Keterampilan